Tuesday, July 23, 2013

Senja Hampir Berpulang...


Senja ...

Sudah tak terhitung lagi, kali ke berapa kulihat semburat jingga itu. Seperti sore ini, warna itu masih begitu mempesona, begitu melekat dengan segala paras eloknya. Selalu berhasil membuatku terkagum-kagum dibuatnya. Waktunya cukup sekejap saja, menjadi batas pergantian siang dan malam, matahari dengan bulan. Seperti kamu, pembatas tipis hidupku antara bahagia dan lagu elegi yang sesekali mengalun ringan.


... hampir berpulang ...

Lihat lah. Langit mulai menggelap. Sebentar lagi, warna jingga keemasan itu akan lenyap, berganti dengan gelap pekatnya malam. Tentu saja gelap malam harus ada, sebagai penyeimbang terang di kala siang. Tapi kebanyakan orang tak suka gelap, terkadang aku pun begitu. Aku tak suka jika kegelapan datang menghampiri, pekat, membutakan, menyesatkan. Jika tak punya sekerlip saja cahaya, kau tak kan pernah bisa kembali – hilang arah. Aku sedang merasakannya sekarang, saat kau perlahan pergi.  Semakin lama semakin banyak pula jarak yang kau rentangkan tanpa bisa kucegah, memberikan lara yang amat sangat. Punggungmu semakin menjauh, dan aku lebih sering terjatuh.


... namun ...

Tak peduli berapa banyak luka dan harap yang tak terbalas. Tapi jangan salahkan aku jika asa itu tetap bergeming dan bertambah besar di setiap detiknya. Kau ingin menghentikannya? Hanya ada satu jalan : buat lah waktu berhenti berdetak.



... kau ...

Senja itu, hatiku menghangat saat pertama kali kau menatapku. Kedua mata indahmu begitu teduh, disusul dengan debaran aneh dan tetesan rasa yang saat itu sama sekali tak kumengerti, namun perlahan tapi pasti, segera memenuhi segala celah yang ada. Bodohnya, aku tak pernah mau mencoba mengerti, dan saat kebenaran telah kupahami, semua sudah berlalu pergi.


... masih ...

Tahu kah kau aku tetap peduli? Aku tak pernah berharap satu kata, kalimat, atau sapaan dariku akan berbalas. Aku hanya ingin menyapamu setiap hari, agar kau mengerti aku masih tetap di sini.  Satu kata pun sudah cukup. Tak muluk-muluk, bukan?



... terlalu jauh ...

Tapi, kini kau benar-benar tak tergapai. Aku masih bertahan, mencoba mencari kerlip cahaya saat kau meninggalkanku jauh di kegelapan. Tak lelah aku memohon padaNya, tak terlalu terang pun tak apa, walaupun itu hanya kerlip cahaya seekor kunang-kunang yang tersesat, asalkan ia bisa menuntunku menelusuri jejakmu.


... dari ...

Aku tak pernah menyalahkan waktu yang mempertemukan kita. Aku mempelajari caramu mengikhlaskan, dan kuakui itu sangat berat. Seperti yang pernah kau bilang, semua sudah terlanjur. Biar waktu yang menjawab semua, karena darinya, kita bisa mendapat kedewasaan dan penyelesaian, yang terkadang terlalu absurd jika hanya menggunakan logika.


... jangkauan

Apakah kau selalu mengukur kedekatan dengan jarak? Aku tak pernah. Terkadang, sesuatu yang terasa dekat dan nyata justru berada sangat jauh tak terlihat. Dan sebaliknya, segala sesuatu yang tak pasti dan semu justru terlihat sangat dekat dan jelas. Jadi, apa guna jarak menurutmu? Menurutku, jarak itu ujian. Luas bentangannya yang terkadang tak terukur menguji seberapa tepat kita dapat merasa, tanpa melihat. Dan, aku tetap dapat melihatmu, tanpa ada ragamu di sisiku.


Senja hampir berpulang, namun kau masih terlalu jauh dari jangkauan.





Regards,
=R=

No comments:

Post a Comment

Ungkapkan pikiranmu... :)
*Don't Forget to Leave Your Comment, Please!*

Cara Mengembalikan Akun BBM yang Dibajak atau Dihack (Terkena Hack)

Beberapa hari yang lalu saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Akun BBM saya dibajak :( Pertama kali tahu dari teman saya yang ...