Saturday, July 21, 2012

Novel Memori by Windry Ramadhina


Tentang cinta yang tak lagi sama...
Miring

Setelah diprotes oleh beberapa teman blogging di twitter karena blogku sekarang jadi sepi banget katanya, akhirnya kuputuskan untuk membuat review ini, hehehe ^^

Untuk detail buku klik di sini. Tengok dulu sinopsisnya...

Cinta itu egois, sayangku. Dia tak akan mau berbagi.

Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.

Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia—cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.

Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.



Plot
Alur yang digunakan adalah alur campuran (maju-mundur)


Point of View
Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama sebagai pelaku utama.


Tokoh dan Penokohan
Mahoni
Wanita ini bekerja sebagai arsitek di Virginia. Mahoni cukup menikmati kehidupannya di Virginia—meninggalkan semua kenangan pahitnya di Jakarta. Kedua orangtuanya telah lama bercerai. Sifatnya berpendirian teguh dan pekerja keras.

Simon Marganda
Lelaki tampan tapi sinis yang suka mengenakan celana jeans belel dan kaus berlogo merk cat ini adalah “teman” kuliah Mahoni di Universitas Indonesia jurusan arsitektur. Setelah lulus kuliah, ia melanjutkan studinya di DELF, Belanda. Saat kembali ke Indonesia, Simon mendirikan sebuah biro arsitek bersama kekasihnya.

Sofia
Wanita yang anggun dan cantik ini adalah kekasih Simon. Mereka bertemu di DELF, Belanda, kemudian berpacaran. Sekembalinya ke Indonesia, Sofia dan Simon mendirikan biro arsitek mereka sendiri, yaitu MOSS.

Sigi
Lelaki remaja yang masih duduk di bangku SMA ini adalah adik tiri Mahoni. Hasil pernikahan antara papa Mahoni dengan Grace (mama tiri Mahoni). Sebelumnya Sigi dan Mahoni tidak pernah bertemu, sampai keadaan mengharuskan mereka untuk saling bertatap muka.

Guruh
Guruh adalah papa Mahoni. Ia adalah seorang perajin mebel yang memiliki bengkel sendiri di pekarangan rumahnya. Dalam ingatan masa kecil Mahoni, Guruh adalah papa yang baik, penyayang dan penyabar. Namun perceraian kedua orangtuanya membuat penilaian Mahoni terhadap papanya berubah.

Grace
Wanita yang lembut dan penyabar ini adalah istri kedua Guruh, yang otomatis menjadi mama tiri Mahoni. Grace bertemu dengan Guruh di sebuah galeri mebel. Saat itu Mahoni juga ikut. Namun karena ia masih kecil, Mahoni tidak menganggap aneh keakraban yang terjalin antara papanya dan Grace.

Mae
Wanita ini adalah mama kandung Mahoni. Ia bekerja sebagai penulis novel. Sifatnya cenderung mudah marah dan egois. Sejak SMA, Mahoni sudah tidak memanggilnya dengan sebutan “mama” lagi, karena Mahoni menganggap sifat "ibu" dari diri Mae telah lama menghilang. Saat mengetahui suaminya telah jatuh cinta pada wanita lain, Mae mengajak Mahoni meninggalkan rumah mereka di Jakarta, kemudian menuju ke sebuah apartemen di Bandung. Lama kelamaan Mahoni merasa tidak sanggup jika harus tinggal bersama ibunya yang menjadi labil, selalu menangis dan marah-marah setiap malam. Mae tidak sadar bahwa ia telah memasukkan Mahoni dalam dunia kesedihannya.

Om Ranu
Lelaki paruh baya ini adalah adik dari papa Mahoni. Beliau tinggal di Yogya untuk mengurus istrinya yang sedang sakit parah. Mereka tidak mempunyai anak. Namun saat insiden kecelakaan itu terjadi, Om Ranu menyempatkan diri berkunjung ke Jakarta.

Ron
Ron digambarkan sebagai pria tampan dan kharismatik tapi juga tipe perayu dan playboy. Ia adalah atasan sekaligus teman kerja Mahoni di Virginia. Ron bahkan selalu memanggil Mahoni dengan sebutan “Honey”. Ia mengganti suku kata terakhir nama Mahoni yaitu “Honi” menjadi “Honey”. Hahaha.. #LOL


Jalan Cerita
Kisah dimulai saat Mahoni gagal memenangkan sebuah proyek pembangunan rumah di Virginia. Mahoni memang sangat berpendirian teguh dalam hal konsep desainnya, ia tidak mau menuruti begitu saja keinginan klien. Sampai di kantor, Ron—teman sekaligus atasan Mahoni di kantor berusaha menghiburnya dan sedikit merayunya (tapi nggak pernah mempan, hahaha). Mahoni menikmati kehidupannya di Virginia. Di negeri ini, ia membangun kariernya mulai dari bawah, sampai sekarang ia telah cukup sukses dengan menangani proyek-proyek berskala besar.

Sampai, suatu hari Mahoni menerima sebuah kabar duka dari Jakarta. Papanya dan Grace (mama tiri Mahoni) meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Malam itu juga, Mahoni langsung pulang ke Jakarta setelah mendapat izin cuti dari Ron. Mahoni merasa sedikit menyesal karena telah mengabaikan semua surat dan telepon dari papanya. Semenjak kedua orangtuanya bercerai, Mahoni memang sengaja menarik diri dari mereka.

“Papa, demikian aku memanggil lelaki itu, sosok usang yang kusisihkan dari hidupku selama belasan tahun.” Hal 14

Mahoni tiba di Jakarta menjelang senja. Ia disambut oleh Om Ranu (adik papanya). Ternyata Mahoni terlambat karena pemakaman papanya dan Grace telah selesai sejak siang tadi. Ia bergegas masuk ke kamar untuk meletakkan barang-barangnya dan beristirahat sejenak sebelum pergi ke makam. Setelah itu, Mahoni berniat mencari hotel karena ia merasa tidak sanggup jika harus serumah dengan adik tirinya, Sigi.

Saat di makam, Mahoni bertemu dengan mamanya, Mae. Ia sempat bercakap-cakap sebentar dengan Mae. Sampai di rumah, Om Ranu mengajaknya bicara. Beliau meminta Mahoni tinggal sementara waktu di Jakarta untuk mengurus Sigi. Om Ranu tidak bisa mengurusnya karena ia harus menjaga istrinya yang sedang sakit parah di Yogya, dan mereka juga tidak mempunyai anak. Awalnya Mahoni berkeras tidak mau, namun setelah dibujuk oleh Om Ranu, ia mengiyakan permintaan itu.

Besoknya, Mahoni pergi ke Mall untuk membeli barang-barang kebutuhannya selama ada di Jakarta. Saat melewati sebuah kafe, ia terkagum-kagum dengan desainnya. Mahoni memasuki kafe itu dan bertanya siapa arsiteknya—yang ternyata adalah Simon—“teman” lama Mahoni. Di sana Mahoni juga bertemu dengan Sofia yang ternyata adalah kekasih Simon. Mahoni dan Simon berbincang-bincang sejenak, lalu Simon menawari Mahoni untuk bekerja di studionya. Mahoni bilang akan pikir-pikir dulu. Tapi akhirnya ia menerima tawaran itu dan mulai bekerja bersama Simon dan Sofia.

Awalnya hubungan antara Mahoni dan adik tirinya—Sigi—tidak begitu baik. Mahoni memendam rasa benci dan iri yang begitu besar untuk anak itu. Sigi memiliki apa yang tidak dimilikinya, yaitu sebuah keluarga. Terlebih saat ia melihat wajah Sigi, ia akan langsung teringat pada Grace—wanita yang telah merebut papanya. Padahal sebelum Grace hadir di kehidupan mereka, kedua orangtua Mahoni memang tidak pernah akur. Mahoni yang saat itu masih kecil, tidak menyadari hal ini. Seiring berjalannya waktu, hubungan antara Mahoni dan Sigi mulai membaik. Percakapan antara keduanya tak lagi canggung, dan mereka sudah bisa makan bersama dalam satu meja. Sigi juga melakukan beberapa hal yang membuat Mahoni merasa tersentuh. Tanpa disadarinya, Mahoni mulai menyayangi Sigi dan menganggapnya seperti adik kandungnya sendiri. Sigi juga mulai menyayangi Mahoni. Mereka menjadi saling membutuhkan satu sama lain.

Sampai pada suatu hari, Mahoni menerima tawaran kerja dari Frank O Gehry (arsitek yang diidolakan Mahoni sejak kuliah) di Virginia. Ini adalah cita-citanya sejak dulu. Tapi akhirnya Mahoni menolak tawaran itu, walaupun ia sangat ingin bekerja bersama idolanya itu. Ia merasa tidak sanggup jika harus meninggalkan Sigi sendirian di Jakarta. Mahoni dan Sigi sempat mengunjungi Om Ranu di Yogya untuk meminta bantuan, namun beliau tidak bisa berbuat banyak karena kondisi istrinya semakin parah. Sigi berulang kali meyakinkan Mahoni bahwa ia akan baik-baik saja jika harus harus tinggal sendirian di Jakarta. Namun Mahoni tetap tidak mau meninggalkan Sigi sendirian. Setelah benar-benar menolak tawaran itu melalui Ron sekaligus berkata pada Ron bahwa ia tidak akan kembali ke Virginia, Mahoni merombak habis-habisan rumah papanya. Ia mengganti cat dan semua furniture rumah itu, seakan ingin membuang semua kenangan pahit bersamanya. Jika harus tinggal lama di Jakarta, Mahoni ingin merasa nyaman. Setidaknya sampai Sigi lulus SMA dan berkuliah.

Di sisi lain, masa lalu antara Mahoni dan Simon mulai menyeruak. Yup, dulu mereka berpacaran. Simon memang tidak pernah “menembak” Mahoni secara langsung, tapi saat Mahoni meminta kejelasan darinya, Simon bilang ia serius dengan Mahoni. Sampai saat wisuda Simon memberitahu Mahoni bahwa ia akan melanjutkan studinya di Belanda. Mahoni kaget karena Simon baru memberitahunya hari itu. Simon mengajak Mahoni ikut ke Belanda, tapi Mahoni menolak. Kemudian mereka berpisah tanpa ada kata "putus" diantara mereka.

Seperti kata pepatah Jawa, “Witing tresno jalaran soko kulino” (tumbuh cinta karena terbiasa) *abaikan* intensitas pertemuan Mahoni dengan Simon yang semakin rutin mau tak mau membuat perasaan sayang Mahoni kembali muncul. Baru Mahoni sadar, ia memang masih mencintai Simon. Namun Mahoni tidak bisa mengabaikan keberadaan Sofia sebagai kekasih Simon. Terlebih Sofia juga selalu bersikap baik pada Mahoni. Akhirnya, Mahoni berusaha memendam perasaannya itu.

Hingga akhirnya Simon menyatakan bahwa ia masih mencintai Mahoni. Simon bertanya apakah Mahoni juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Mahoni bimbang, ia memang masih mencintai Simon, tapi bagaimana dengan Sofia? Dan Mahoni juga takut ia akan menjadi Grace. Karena jika Mahoni mengatakan yang sebenarnya, berarti ia telah merebut kekasih orang lain. Semua bertambah rumit saat Mae tahu bahwa selama ini Mahoni tinggal di Jakarta untuk mengurus Sigi. Mae marah besar dan merasa Mahoni telah mengkhianatinya karena bersedia merawat anak Grace. Mahoni berusaha menjelaskan keadaannya, tapi Mae sulit mengerti.


Penilaian
Akhirnya, setelah If I Stay dan Where She Went, kutemukan lagi sebuah kisah cinta yang sedih tapi nggak menye-menye. Beberapa adegan masa lalu yang di selipkan di beberapa bab terasa pas sehingga alurnya menyatu. Sudut pandang orang pertama yang digunakan penulis membuat kita bisa menyelami lebih dalam karakter tokoh Mahoni. Bahkan, di beberapa bagian, aku merasa menjadi Mahoni, sehingga air mata ini tak dapat dibendung lagi... kemudian jebol dan banjir bandang. *oke agak lebay dikit* :p Keunikan novel ini ada pada nama tokoh Mahoni dan Sigi (Sigi artinya kayu damar) mungkin diselaraskan dengan papa mereka yang menyukai kayu.

Novel ini cukup banyak membahas hal-hal seputar arsitektur, lumayan buat nambah-nambah pengetahuan. Dan, meskipun ceritanya memang sedih, tapi happy ending kok :D. Kelemahannya mungkin hanya pada typo yang cukup menganggu proses membaca. Itu lah salah satu kelemahan novel-novel terbitan Gagas Media. Semoga hal ini bisa diperbaiki (khususnya untuk pihak editor) sehingga untuk novel-novel berikutnya jumlah typo bisa berkurang, kalau bisa tidak ada typo sama sekali. :p Ah, ya. Untuk halaman 297-301 cetakannya miring. Jelas ini sangat menganggu kenyamanan membaca. Kalau soal sinopsis dan cover, memang Gagas Media jagonya :D Rating: 4/5


My Favorite Quote

Nostalgia akan membuat siapa pun menjadi lemah dan tanpa sadar memaafkan kesalahan yang paling besar sekalipun.
Hal 19

Sederhana. Mereka menjadi keluarga, sesuatu yang tidak pernah benar-benar kumiliki. Hal 54

Dia menginginkan sesuatu yang pernah kami miliki, sesuatu yang rupanya masih dia simpan baik-baik seperti sketsa usang itu.
Hal 244

Tetapi, aku tidak ingin terus menerus hidup dalam kemarahan dan kebencian. Hal 290




Regards,

=R=

Cara Mengembalikan Akun BBM yang Dibajak atau Dihack (Terkena Hack)

Beberapa hari yang lalu saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Akun BBM saya dibajak :( Pertama kali tahu dari teman saya yang ...