Wednesday, May 2, 2012

Berbincang Bersama Pagi


Seseorang menepuk-nepuk dahiku perlahan. Aku mengerang dan membuka mata dengan sedikit kesal. Huft, terputuslah mimpi indahku itu. Aku bermimpi menjadi tokoh utama wanita dari novel yang kubaca semalam. Hahaha.. mungkin karena aku terlalu menghayatinya. :p

“Ayo bangun! Katanya mau nganter? Udah jam empat nih.”

Itu suara Mama. Yeah, bagaimana mungkin aku bisa lupa? Mama dan rekan-rekan sekantornya akan piknik ke Jogja hari ini, dan aku bertugas mengantar Mama ke kantornya (yang jaraknya sekitar 20 km dari rumah) untuk berkumpul. Sebenarnya aku juga ditawarin ikut, tapi ternyata organisasi karang tarunaku juga akan mengadakan piknik, dan saat rapat aku terpilih menjadi panitia (padahal waktu dateng rapat aku udah milih tempat duduk di pojokan agak belakang, dan nunduk-nunduk terus selama rapat. Tapi emang dasar nasib lagi apes atau karena Kak Andi—Ketua karang taruna—memang sangat jeli melihat kehadiranku, akhirnya namaku tercantum juga di daftar ‘keramat’ itu) akhirnya aku ikut piknik yang diadakan karang tarunaku pada awal bulan Juli nanti. Entah kenapa, pemikiranku memang selalu klop dengan Kak Andi, aku juga nyaman ngobrol sama dia, meskipun dia termasuk anggota senior. :)

Anyway, back to the story.

“Ayo bangun, nanti telat.” Suara Mama lagi tuh.

Aku hanya menarik selimut sampai hampir menutupi kepalaku, memejamkan mata lagi, dan bergumam pelan, “Lima belas menit lagi.” Nyatanya, tak sampai lima belas menit aku sudah menendang selimut dan gulingku, merangkak keluar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, lalu bergegas cuci muka, gosok gigi, dan berwudhu. Aku sadar kalau sampai Mama ketinggalan bus, dia pasti akan marah sekali. Kalau dia marah, dijamin aku nggak bakalan dikasih uang jajan. Kalau aku nggak dikasih uang jajan, wah celaka dua puluh!!!! Bukan, bukan karena aku nggak bisa jajan di kantin atau nggak bisa beli pulsa, atau nggak bisa beli bensin. Tapi karena aku nggak bakal bisa nabung buat… BELI NOVEL!!! *gubrakk* :D

Maka, dengan kesadaran penuh, aku bergegas menunaikan sholat subuh yang hanya dua rekaat (syukurlah, coba kalo dua puluh rekaat? Pingsan dong gue!! Hehehe,) kemudian ganti baju, menyesap teh hangat yang sudah dibuatkan nenekku, dan segera mengeluarkan motor untuk dipanaskan. Tak berapa lama, kami sudah ada di jalan. Mama yang memegang kendali motor. Sedangkan aku? Aku hanya membonceng di belakangnya dengan mata yang mulai mengantuk lagi karena angin subuh yang tanpa permisi membelai wajahku. Hmm, ternyata udara subuh sangat menyegarkan. Dingin, sejuk dan menenangkan. Tapi tetep bikin ngantuk sih. Hehehe.

“Nih, kalo mau sarapan. Ada donat.” Dengan tangan kiri, perlahan Mama mengangsurkan tas yang berisi bekal makanannya. Aku menerima tas itu, dan kutengok apa saja yang ada di dalamnya. Memang ada donat, tapi toping-nya abon. Yuks, aku nggak suka. Lalu ada roti kering, beberapa jenis keripik, sebotol air mineral, dan dua kaleng minuman bersoda. Hmm, melihat semua makanan itu justru membuat perutku terasa mual. Akhirnya kuangsurkan kembali tas itu kepada Mama.
“Nggak mau, donatnya rasa abon. Nggak doyan.”
“Kan ada yang cokelat.”
“Nggak ada kok.”
“Ada. Di bagian paling bawah.”
“Nggak, ah. Nggak enak makan subuh-subuh gini.”
“Ya udah,”

Beberapa saat kemudian kami melewati pasar. Wow, ternyata sudah sangat ramai. Suasananya menyenangkan. Melihat para pedagang dan pembeli saling tawar menawar harga, dengan diterangi lampu bercahaya orange yang menyela terang. Apik sekali. Sekitar dua puluh menit kemudian, kami melewati area persawahan dan perbukitan. Jalan mulai berkelok-kelok dan naik turun. Matahari sudah mulai menyembul nampaknya, dan langit sudah berubah warnanya, dari hitam legam menjadi biru tua. Terlihat kabut tipis menyelimuti jalanan yang masih terbilang sepi. Terlihat olehku beberapa orang yang berjalan dengan santai di pinggiran. Ada segerombolan ibu-ibu yang sedang bercengkrama heboh sambil menenteng tas belanjaan, ada seorang nenek yang berjalan perlahan, dan ada seorang kakek yang berjalan seraya memikul kayu bakar. Aku sadar, betapa banyak keindahan yang bisa kita lihat di waktu subuh, jika kita mau bangun lebih pagi (alih-alih tidur lagi setelah beribadah, wkwkwkwk.. siapa tuh? Hahaha..). Dan semua keindahan itu akan hilang jika sang surya sudah terlihat bertengger tinggi di langit. Dengan panas yang menyengat dan asap-asap kendaraan yang melintas (terutama asap bus-bus yang berwarna hitam pekat itu *hoek*).

Akhirnya, kami sampai di kantor Mama. Saat aku turun dari boncengan, kulihat Mama melambaikan tangan pada salah seorang rekan kerjanya yang juga baru sampai. Mama turun, dan menyerahkan kendali motor padaku. Aku sama sekali tak menangis, mungkin karena aku sudah terbiasa ditinggal kedua orangtuaku bekerja ke luar kota atau bahkan ke luar negeri dalam jangka waktu yang cukup lama. Kalau cuma ditinggal piknik sehari aja sih, no problem buatku. :p
Mama tersenyum padaku, kurasakan kedua mata teduhnya juga ikut terseyum.

“Hati-hati pulangnya. Jangan ngebut-ngebut. Udah nggak bingung lagi kan, jalannya?”

Aku mengangguk, sebagai jawaban atas perintahnya ‘hati hati dan jangan ngebut’ kemudian menggeleng untuk mengisyaratkan aku tidak bingung dengan jalan pulang yang harus kutempuh sendiri. Olala, sungguh terlalu kalo aku masih bingung juga. Tadi sebelum berangkat, Mama dengan senang hati sudah menggambarkan denah rute pulang ke rumah, kemudian
menjelaskannya berulang kali padaku dan menjejalkan denah itu ke kantong jaketku . Mungkin dia khawatir, karena aku belum pernah pergi sendiri sejauh itu. Paling pol cuma ke Solo Grand Mall, Gramedia, atau Togamas, hahaha. :D *nasib* ini dia denah yang digambar Mama…


Maaf ya, udah lecek tuh. Maklum, habis dilipat-lipat
dan dimasukkan ke kantong jaket. :p

Akhirnya, setelah bersalaman dan mencium tangan Mama, aku mulai melajukan motorku. Ke mana lagi? Tentu saja pulang, karena perutku sudah keroncongan dari tadi, minta diisi, kelaparan setengah mati. :p




Regards,

=R=

4 comments:

  1. wah untung nggak nyasar. kalo nyasar aku pasti ketawa.:D

    ReplyDelete
  2. @Replika Angan-angan:
    Hahaha, iya nih untung nggak nyasar. :D
    Klo beneran nyasar, aku langsung pergi aja ke stasiun balapan, beli tiket terus nyusul Papa ke Jakarta. Dan otomatis bisa borong novel sepuasnya, hehehehe... *ngaco-gila*

    ReplyDelete
  3. @Rastine: ah tau gitu aku doain nyasar ke jakarta deh, kalo kamu dapat novel banyak kan aku ikut seneng*bisa pinjam banyak*.hha

    ReplyDelete
  4. @replika angan2: huuuu. . maunya deh. . :p

    ReplyDelete

Ungkapkan pikiranmu... :)
*Don't Forget to Leave Your Comment, Please!*

Cara Mengembalikan Akun BBM yang Dibajak atau Dihack (Terkena Hack)

Beberapa hari yang lalu saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Akun BBM saya dibajak :( Pertama kali tahu dari teman saya yang ...