Thursday, April 26, 2012

Novel Where She Went (Setelah Dia Pergi) by Gayle Forman

Aku sudah melepaskannya.
Sungguh. Tetapi, dia ada di sini.

You crossed the water, left me ashore
It killed me enough, but you wanted more
You blew the bridge, a mad terrorist
Waved from your side, blew me a kiss
I started to follow but realized too late
There was nothing but air underneath my feet
BRIDGE
COLLATERAL DAMAGE, LAGU 4


Untuk detail buku (ISBN, ukuran, tebal, harga buku, dll) klik di sini.
Tengok dulu sinopsisnya …
Lanjutan If I Stay (Jika Aku Tetap Di sini)

Tiga tahun sudah berlalu sejak cinta Adam menyelamatkan Mia setelah kecelakaan yang memorakporandakan hidup gadis itu…

… dan tiga tahun sejak Mia pergi dari kehidupan Adam untuk selamanya.

Sekarang Mia bintang muda sekolah musik klasik Juilliard dan Adam bintang rock terkenal. Ketika Adam terjebak di New York sendirian, takdir mempertemukan mereka lagi, untuk satu malam terakhir.

Sambil menjelajahi kota yang sekarang menjadi rumah Mia, Adam dan Mia kembali mengunjungi masa lalu dan membuka hati untuk masa depan—serta satu sama lain.


Point of View
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama (Adam).


Plot
Alur yang digunakan adalah alur campuran (maju-mundur).


Tokoh dan Penokohan
Adam Wilde
Cowok keren berusia 21 tahun ini sedang berada di puncak popularitas bersama bandnya, Shooting Star. Melalui album mereka, Collateral Damage—yang semua lagunya ditulis sendiri oleh Adam sebagai ungkapan rasa kecewa dan marah setelah ditinggalkan Mia tanpa penjelasan—membuat Shooting Star menjadi band yang sangat terkenal dan dipuja-puja banyak fans. Meskipun begitu, Adam tetap merasa hampa tanpa kehadiran Mia disisinya. Ia menjadi bergantung pada obat-obatan dan rokok. :’(

Mia Hall
Setelah selamat dari kecelakaan tragis yang dialaminya tiga tahun lalu, Mia telah menjelma menjadi seorang pemain cello yang cukup terkenal lulusan Juilliard. Tiket konsernya selalu terjual habis. Kini, Mia menetap di New York, meninggalkan kakek-neneknya di Oregon, dan meninggalkan Adam. T.T

Bryn
Aktris cantik Hollywood yang berusia 28 tahun ini adalah pacar Adam. Mereka berhubungan setahun belakangan, setelah saling dikenalkan oleh Brooke Vega, penyanyi dan pengarang lagu yang cukup terkenal. Tapi, Bryn selalu bisa merasakan kalau Adam tidak sepenuhnya mencintainya. (Ya iyalah, cinta Adam kan hanya untuk Mia… :’)

Aldous
Pria ini adalah manajer band Shooting Star. Aldous mengizinkan Adam tinggal satu hari lagi di New York sebelum mereka semua berangkat ke London, setelah melihat keadaan Adam yang sangat kacau sehabis melakukan wawancara.

Kim
Sahabat karib Mia ini sekarang telah menjadi fotografer perang yang cukup sukses. Beberapa tahun setelah kepergian Mia, Kim mendatangi Adam untuk mencoba menjelaskan sesuatu. Tapi pada akhirnya Kim justru di usir oleh Adam, dan tidak pernah menemui Adam lagi. Meskipun begitu, Kim pernah datang ke konser Adam.

Liz
Cewek lesbian ini (ia memiliki pacar bernama Sarah) adalah drummer sekaligus ketua band Shooting Star. Liz yang menemukan Adam sedang mengamen di kafe-kafe kemudian mengajaknya bergabung dalam band sebagai gitaris sekaligus vokalis. Satu hal lagi yang bisa kulihat dari tokoh Liz adalah dia sangat bijaksana, dan sangat menyayangi Mia seperti saudaranya sendiri.

Fitzy dan Mike
Keduanya juga anggota band Shooting Star. Fitzy sosok yang lebih bersahabat dan mau memahami keadaan Adam saat cowok itu mulai menjauh dari anggota band lainnya, ia tidak menyalahkan Adam sama sekali. Sedangkan Mike pribadi yang bertolak belakang. Mike merasa Adam memonopoli band mereka, karena semua wartawan hanya peduli dan menanyai Adam saat wawancara. Terlebih saat Adam mulai menarik diri, Mike sangat marah dan tidak memedulikan Adam.


Jalan Cerita
Sebelumnya di If I Stay…
“Jika kau tinggal, aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan. Aku akan berhenti main band, pergi bersamamu ke New York. Tapi jika kau ingin aku menghilang, aku juga akan melakukan itu. Aku tadi bicara dengan Liz dan dia berkata mungkin kembali ke kehidupan lamamu akan menyakitkan, bahwa mungkin akan lebih mudah bagimu jika menghapus kami dari kehidupanmu. Dan itu akan sangat menyebalkan, tapi aku akan melakukannya. Aku sanggup kehilangan kau seperti itu asalkan aku tidak perlu kehilangan dirimu hari ini. Aku akan melepaskanmu. Jika kau tetap hidup.”
Perkataan Adam itulah yang membuat roh Mia kembali ke tubuhnya, sekaligus membuat Adam kehilangan Mia. Karena, bagaimanapun Adam harus bisa menepati janjinya sendiri.

Cerita dimulai pada saat Adam terbangun dari tidurnya. Aldous—manajer band Shooting Star—sudah menelepon Adam berulang kali, memaksa agar cowok itu segera bangun dan berangkat ke studio untuk rekaman beberapa track gitar untuk versi internet single pertama dalam album yang baru saja dirilis. Adam segera bangun dan meraih botol berisi obat semacam anticemas (katanya) kemudian meminumnya, karena akhir-akhir ini Adam mudah terserang kepanikan yang berlebihan. Adam telah sukses bersama bandnya, Shooting Star, namun belakangan hubungannya dengan anggota band lain tidak terlalu bagus. Adam selalu minta agar ia menginap di hotel yang terpisah dengan Liz, Fitzy, dan Mike. Adam juga telah memiliki seorang pacar bernama Bryn, seorang aktris Hollywood yang sangat cantik.

Setelah berjalan beberapa blok dari hotel tempatnya menginap (dengan menggunakan topi agar orang-orang tidak mudah mengenalinya) akhirnya ia tiba di studio. Aldous sudah menunggunya di sana. Selesai rekaman, Adam ada jadwal makan siang sekaligus wawancara dengan seorang wartawan. Awalnya, Adam bersikap santai. Namun saat wartawan itu mulai mengorek informasi tentang Mia, Adam tidak dapat lagi menahan emosinya. Akhirnya terjadi sebuah insiden kecil yang mengharuskan Aldous turun tangan untuk mengendalikan situasi.

Di depan hotel, Aldous berkata mungkin Adam butuh waktu untuk bersantai sejenak. Ia mengizinkan Adam tinggal satu hari lagi di New York, sebelum mereka semua berangkat ke London untuk pembuatan video klip. Anggota band lainnya akan tetap berangkat hari itu, tapi Aldous menukar tiket Adam dan tiketnya sendiri untuk keberangkatan besok pukul lima sore. Jadi, hari itu Adam terbebas dari semua rutinitasnya sebagai seleb terkenal. Ia berjalan-jalan, mengelilingi New York sendirian.

Saat senja tiba, langkah kaki Adam membawanya ke Carniege Hall, dan di sanalah dia melihat poster konser Mia yang akan diadakan malam itu. Tanpa sadar, ia melangkah ke loket tiket. Faktor keberuntungan membuatnya berhasil mendapatkan sebuah tiket malam itu. Kemudian Adam masuk dan mencari tempat duduknya. Adam mengingat kembali saat kencan pertamanya bersama Mia, ia pergi bersama gadis itu ke konser cello Yo-yo Ma. Adam bekerja sebagai pengantar pizza demi bisa membeli tiket konser untuk Mia saat itu.

Konser selesai. Mia mendapatkan tepuk tangan yang riuh dan sambutan yang hangat dari para penonton. Saat Adam hendak beranjak keluar dari tempat itu, seorang petugas memanggilnya dan berkata bahwa Mia ingin bertemu dengannya. Dengan linglung, Adam membiarkan dirinya ditarik oleh petugas itu dan dibawa ke belakang panggung. Dan di sanalah, ia melihat Mia.

Adam dan Mia keluar bersama malam itu. Setelah berhasil menghindar dari seorang paparazzo, Mia membawa Adam bersamanya untuk mencari telur Paskah di kota—tur rahasia New York (disebut begitu karena Mia tidak akan memberitahu Adam tempat-tempat yang akan mereka datangi). Pertama, Mia mengajak Adam ke sebuah kedai untuk makan malam bersama yang ternyata pemiliknya akrab dengan Mia dan terus menggoda Mia dengan beranggapan Adam itu pacarnya (hahaha.. Mia dan Adam jadi salting, :D). Kedua, Mia mengajak Adam ke arena permainan boling yang letaknya tersembunyi di sudut terminal bus. Selanjutnya, mereka pergi ke stasiun subway Times Square, naik feri ke Staten Island pada dini hari untuk melihat Patung Liberty, dan terakhir ke Brooklyn Bridge saat pagi datang.

Di Brooklyn Bridge lah akhirnya Adam mengeluarkan semua emosi yang sudah ditahannya sejak tadi malam. Kebingungannya, keheranannya, sakit hati Adam karena ditinggalkan begitu saja oleh Mia tiga tahun lalu, tanpa penjelasan apa pun. Akhirnya, di sana lah Mia berusaha menjelaskan semuanya kepada Adam. Meluruskan kesalahpahaman mereka, berusaha memberikan penutup yang sempurna untuk kisah cinta mereka. Sementara waktu yang mereka miliki terus menipis, karena, hari itu juga, Adam harus berangkat ke London, dan Mia akan berangkat ke Jepang.
Apa alasan Mia meninggalkan Adam?
Dapatkah mereka bersatu lagi?
Baca aja novelnya. ;)


Penilaian
Dengan sedikit enggan, kuakui kalo aku suka sekali cover-nya. Padahal, aku paling anti sama warna hijau—seperti yang bisa dilihat sampulnya warna ijo kan—tapi ternyata ada pengecualian untuk novel ini *sigh*. Tapi warna dan gambarnya memang pas sekali, sebuah gitar tua yang disandarkan pada sebuah pintu berwarna hijau yang catnya sudah mengelupas di beberapa bagian. I like it! :)

Aku dibuat kaget dengan perubahan karakter Mia dan Adam. Adam berubah menjadi sosok yang pendiam, menarik diri, dan yang lebih parah, ia bergantung pada obat-obatan dan rokok. Sedangkan Mia, aku merasa Mia yang ada di Where She Went adalah Mia yang peragu dan plinplan. Sangat berbeda dengan Mia di If I Stay yang kuat dan tegas. Good job, Gayle Forman!

Where She Went adalah bukunya Adam. Aku bisa merasakan semua penderitaan Adam dari sudut pandangnya. Narasinya cowok banget. Gayle Forman sukses membuat perbedaan yang cukup signifikan dengan seri pertamanya, If I Stay yang Mia banget.

Sama seperti If I Stay, alur yang melompat-lompat antara masa lalu dan masa sekarang tetap oke dan nyaman diikuti. Beberapa lirik lagu dari Shooting Star (yang semuanya ditulis oleh Adam) yang dicantumkan di permulaan bab sangat apik, membuat pembaca lebih terhanyut dalam aliran cerita. Satu hal yang sedikit membuatku kecewa adalah ending-nya. Aku tidak tahu ada apa antara aku dan ending novel *apa sih* mungkin aku yang terlalu sensi. Aku hanya berharap ending-nya bisa lebih sedikit dari itu, mungkin akan terasa lebih manis dan memuaskan pembaca. :)

Baca If I Stay nggak akan afdol kalo belom baca lanjutannya, Where She Went. Oh iya, aku mau ngingetin aja nih, kalo bisa bacanya runtut, jangan baca yang Where She Went dulu, nanti nggak asyik loh, twist-nya kurang terasa. :p
Empat bintang untuk perjuangan Adam. :)

p.s : Kalo Shooting Star benar-benar ada, dan Collateral Damage benar-benar dirilis, sudah pasti akan kubeli albumnya! Liriknya itu looohh, dalem bangettttt!!!
Mungkin karena lagu-lagu di album itu semuanya ditulis Adam sebagai ungkapan perasaannya untuk Mia. :”)


My favorite Quote
Berikut beberapa quote favoritku, cekidot. ^.^

Tetapi, tetap saja, aku butuh mengingatkan diri bahwa satu hari hanyalah sementara, meyakinkan diri bahwa jika aku mampu melalui hari kemarin, aku akan mampu melewati hari ini. —Adam, hal 9

Aku dikelilingi manusia dan merasa sendirian. Aku mengaku butuh sedikit kehidupan normal dan sekarang setelah mendapatkannya, sepertinya aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, tidak tahu bagaimana menjadi manusia normal lagi. —Adam, hal 34

… dan tiba-tiba saja dia ada di sana. Benar-benar ada. Daging dan tulang, bukan hantu.
Naluri pertamaku bukanlah memeluknya atau menciumnya atau meneriakinya. Aku hanya ingin menyentuh pipinya, yang masih merah setelah pertunjukkan tadi … dan mengusapkan jemariku yang kapalan ke wajahnya. Aku ingin menyentuhnya untuk memastikan ini benar-benar dirinya… —Adam, hal 51

… dan mereka akan segera lupa bahwa aku hanya manusia fana: daging dan tulang, bisa memar dan terluka. —Adam, hal 129 (perasaan Adam saat mengeluhkan tentang para fans-nya)

Siapa pun yang bilang masa lalu sudah mati sesungguhnya terbalik. Masa depanlah yang mati, sudah dilakukan. Malam ini adalah kesalahan. Malam ini tidak akan bisa terulang. Atau membiarkan aku memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kuperbuat. Atau janji-janji yang pernah kuucapkan. Atau mendapatkan Mia kembali. Atau mendapatkan diriku yang dulu kembali. —Adam, hal 133

“Berhenti tidak sulit. Memutuskan berhentilah yang sulit. Tapi, begitu kau sudah melakukan lompatan mental itu, sisanya mudah.” —Mia, hal 165

Melepaskan. Semua orang membicarakannya seakan ini hal paling mudah. Rentangkan jemarimu satu demi satu sampai tanganmu terbuka. Tetapi, tanganku mengepal erat selama tiga tahun belakangan ini; membeku. Seluruh bagian diriku membeku. Dan hendak runtuh menjadi serpihan. —Adam, hal 172

Karena yang bisa kudengar sekarang hanyalah deru dalam kepalaku, lolongan tanpa kata sementara Mia menghilang dan aku berusaha merelakannya. —Adam, hal 179

Tetapi, aku akan melakukannya lagi. Aku tahu itu sekarang. Aku akan mengucapkan janji itu seribu kali dan kehilangan dirinya seribu kali lagi demi mendengarnya bermain tadi malam atau menatapnya dalam cahaya pagi. Atau bahkan tanpa itu sama sekali. Hanya tahu bahwa dia ada di luar sana. Hidup. —Adam, hal 194

“… Kalau ini membantu, setelah beberapa lama, ketika kebencian itu tidak lagi kurasa perlu, ketika yang tersisa hanya perasaan bersalah, yang tertinggal dalam diriku adalah perasaan betapa besarnya kesalahanku kepadamu, betapa aku merindukanmu. Dan aku harus melihatmu dari kejauhan, menyaksikanmu mencapai mimpi, menjalani kehidupan yang tampak sempurna.” —Mia, hal 208

Konser bukan berarti berdiri menjadi target di depan ribuan orang asing. Konser berarti menyatu. Harmoni. —Adam, hal 210

“Band. Ketika kau bersama band, aku sudah merasa perlu membagimu bersama semua orang. Aku tidak ingin menambahkan keluargaku juga ke sana.” Kemudian dia kalah dalam pertempuran dan menangis.
Seluruh kejengkelanku lumer. “Dasar anak tolol,” aku membujuknya, dan mencium dahinya. “Kau tidak membagiku. Kau memilikiku.” —Mia dan Adam (flashback), hal 225 (aawww… so sweeett, *klepek2*)

Namun, semua itu akan bisa kutanggung jika ada dia di sampingku. —Adam, hal 227


Shooting Star, Collateral Damage
Berikut kutuliskan beberapa lagu favoritku dari album ini,

First you inspect me
Then you dissect me
Then you reject me
I wait for the day
That you’ll resurrect me
ANIMATE
COLLATERAL DAMAGE, LAGU 1

I’ll be your mess, you be mine
That was the deal that we had signed
I bought a hazmat suit to clean up your waste
Gas mask, gloves, to keep us safe
But now I’m alone in an empty room
Staring down immaculate doom
MESSY
COLLATERAL DAMAGE, LAGU 2

The clothes are packed off to Goodwill
I said my good byes up on that hill
The house is empty, the furniture sold
Soon your smells will decay to mold
Don’t know why I bother calling, ain’t nobody answering
Don’t know why I bother singing, ain’t nobody listening
DISCONNECT
COLLATERAL DAMAGE, LAGU 10

Barrel of the gun, rounds one two three
She says I have to pick; choose you, or choose me
Metal to the temple, the explosion is deafening
Lick the blood that covers me
She’s the last one standing
ROULETTE
COLLATERAL DAMAGE, LAGU 11




Regards,

=R=

Tuesday, April 24, 2012

Novel If I Stay (Jika Aku Tetap Di sini) by Gayle Forman



Apa yang akan kau lakukan jika kau harus memilih?

Untuk detail buku (ISBN, ukuran, tebal, harga buku, dll) klik di sini.
Kita intip dulu yuk, cuplikan cerita di sampul belakang novel ini…

Mia memiliki segalanya: keluarga yang menyayanginya, kekasih yang memujanya, dan masa depan cerah penuh musik dan pilihan. Kemudian, dalam sekejap, semua itu terenggut darinya.

Terjebak antara hidup dan mati, antara masa lalu yang indah dan masa depan yang tidak pasti, Mia menghadapi satu hari penting ketika ia merenungkan satu-satunya keputusan yang masih dimilikinya—keputusan terpenting yang akan pernah dibuatnya.


Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama (Mia).

Alur
Alur yang digunakan adalah alur campuran (maju-mundur).

Tokoh dan Penokohan
Mia Hall
Seorang gadis cantik berusia tujuh belas tahun yang sangat berbakat dalam musik. Mia adalah pemain cello, salah satu alat musik klasik. Neneknya mendesaknya untuk mengikuti audisi di Juilliard, New York (semacam akademi khusus musik dan seni yang terkenal). Mia memiliki kehidupan yang cukup sempurna. Sampai hari itu tiba, saat Mia hampir kehilangan segalanya.

Adam Wilde
Cowok tampan nan keren ini adalah kekasih Mia. Adam berusia satu tahun lebih tua dari Mia, mereka bersekolah di SMA yang sama. Ia tergabung dalam sebuah band rock, Shooting Star, sebagai pemain gitar. Meskipun hanya band Indie, namun Shooting Star cukup terkenal di kota mereka, Oregon. Adam sangat mencintai Mia, selalu menjaganya, sampai-sampai ia rela berhenti sejenak dari band, demi Mia seorang.

Mom and Dad
Keduanya adalah orangtua Mia. Ibu Mia bekerja pada sebuah biro perjalanan di kota. Ia seorang ibu yang baik dan penyayang, namun tidak pandai memasak. Dad—ayah Mia—yang selalu bertugas menjadi koki di keluarga mereka. Dulunya, Dad juga tergabung dalam sebuah band punk. Tapi sejak mempunyai anak, ia memutuskan berhenti main band, kemudian menjadi guru SMP. Mereka orangtua yang keren dan seru. :)

Teddy
Anak laki-laki berusia sekitar tujuh tahun ini adalah adik Mia. Teddy adik yang manis dan penurut. Berbeda dengan Mia yang menyukai musik klasik, Teddy lebih suka bermain drum. Aku menyukai tokoh Teddy, dengan tingkah lakunya yang lucu dan menggemaskan, khas anak-anak. :D

Kim Schein
Cewek Yahudi dengan rambut panjang yang selalu dikepang ini adalah sahabat karib Mia. Meskipun persahabatan Kim dan Mia dimulai dari sebuah pertengkaran, namun hubungan keduanya terbilang cukup erat sebagai sahabat.

Gran dan Gramps
Gran adalah nenek Mia. Gran adalah orang yang mengusulkan agar Mia mendaftar di Juilliard, New York. Ia juga berjanji akan mengantar Mia ke sana. Namun, sebuah kecelakaan kecil membuatnya tidak bisa memenuhi janjinya itu. Akhirnya Gramps—kakek Mia—yang mengantar Mia audisi. Gramps adalah sosok yang cukup pendiam dengan rasa sayang yang begitu besar untuk keluarganya.

Henry dan Willow
Henry dan Willow adalah teman band lama orangtua Mia. Mereka tinggal di sebuah rumah pertanian yang besar. Henry melakukan pekerjaan berbasis internet, sedangkan Willow bekerja sebagai seorang perawat.


Liz dan Fitzy
Teman Adam yang juga tergabung dalam Shooting Star. Mereka turut prihatin dengan peristiwa yang dialami Mia. Mereka juga berusaha membantu Adam ketika ia ingin bertemu Mia.

Jalan Cerita
Semua dimulai pada pagi yang dingin dan kelam. Salju yang cukup tebal menyelimuti kota Oregon, tempat Mia dan keluarganya tinggal. Karena salju yang cukup tebal menutupi jalanan, semua sekolah diliburkan. Jadi, Mia, Teddy, dan ayahnya yang bekerja sebagai guru SMP, libur. Ibu Mia yang merasa enggan berangkat kerja karena anggota keluarga lainnya libur, akhirnya menelepon kantornya untuk minta cuti. Mereka semua sarapan bersama. Kemudian saat salju mulai mencair, ayah Mia mengusulkan untuk pergi jalan-jalan. Mereka akan mengunjungi Henry dan Willow, teman lama orangtua Mia. Akhirnya, pagi itu, mereka semua berangkat menggunakan mobil.

Mia sama sekali tidak menyangka, bahwa keberangkatan keluarganya pagi itu membuatnya kehilangan segala yang dimilikinya. Hampir. Mereka mengalami kecelakaan dalam perjalanan. Mobil mereka tergelincir, lalu ditabrak oleh sebuah truk setelah pengemudi truk itu tidak sempat menginjak rem. Mia tersadar, kemudian bangkit untuk mencari keluarganya yang sudah terpental ke segala arah. Pertama, ia menemukan ayahnya, kemudian ibunya. Kondisi mereka sangat mengenaskan dan tewas seketika. Mia berbalik untuk mencari adiknya, Teddy. Ia melihat sebuah tangan mencuat dari selokan. Tadinya ia mengira itu tangan Teddy. Namun, setelah melihat sebuah gelang yang melingkar di tangan itu, Mia sadar bahwa itu adalah tangannya sendiri. Yups, roh Mia keluar dari tubuhnya.

Karena terlalu syok, Mia lupa mencari Teddy. Tak lama, tim paramedis datang dan berusaha memberikan pertolongan pertama. Mia melihat mereka mengangkat tubuhnya dari selokan dan melakukan beberapa tindakan medis. Ia melihat beberapa pengendara yang melintas menghentikan mobil mereka dan menepi, kemudian turun untuk menyaksikan kecelakaan itu. Beberapa terlihat ngeri, ada yang menangis, berpelukan, dan berdoa. Mia melihat seseorang muntah di balik semak-semak setelah melihat jasad ayah dan ibunya. Mia berpikir ini semua hanya mimpi, dan ia memerintahkan dirinya untuk bangun, tapi tidak berhasil. Saat Mia melihat tim paramedis membawa tubuhnya masuk ke mobil ambulans, ia segera mengikuti mereka dan ikut masuk ke dalamnya. Setelah ditangani di sebuah rumah sakit lokal, Mia dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar di Portland.

Mia dapat melihat semua yang terjadi. Ia melihat tubuhnya di operasi, kemudian diletakkan di ruang ICU dalam keadaan penuh perban dan banyak selang yang dipasang pada tubuhnya. Mia melihat semua kerabatnya datang, mencemaskannya, menangis untuknya. Kakek-neneknya, paman-bibi, sepupu-sepupunya, Kim (sahabat karibnya), dan tentu saja Adam, kekasihnya. Mia terjebak. Ia dapat melihat semua yang terjadi, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada yang bisa melihat atau mendengarnya.

Terjebak antara hidup dan mati, Mia mulai mengingat kembali semua masa lalunya. Masa-masa terindah dalam hidupnya bersama orangtuanya, Teddy, Adam, Kim, dan kakek-neneknya. Dia ingin kembali ke tubuhnya. Namun di satu sisi Mia berpikir ia tidak akan sanggup hidup tanpa keluarganya. Terlebih saat Mia menyadari bahwa Teddy juga sudah meninggal. Sedangkan semuanya berharap Mia bisa tersadar dari koma, terutama Adam.
Apakah keputusan yang diambil Mia?
Apakah ia tetap tinggal, atau memilih untuk pergi?
Temukan jawabannya dalam novel ini. :)

Penilaian
Pertama, aku menyukai cover-nya. Deretan bangku merah yang terselimuti salju tipis dengan latar pepohonan yang juga diselimuti salju. Sedangkan beberapa butiran salju turun perlahan. Manis sekali. :)
Dua buah komentar yang dicantumkan pada sampul belakang novel ini memang benar.
“Amat sangat menyentuh.”
“Brutal sekaligus indah.”

Gayle Forman sukses membuatku masuk ke dalam kisah yang dibuatnya. Menghanyutkan. If I Stay adalah novel pertama yang berhasil membuat airmataku jebol sebelum mencapai lembar ke lima puluh. Membayangkan kecelakaan tragis yang dialami Mia dan keluarganya, kehilangannya, cintanya pada Adam, cinta Adam pada Mia yang begitu dalam, sukses membuatku menitikkan air mata. Alur yang melompat-lompat antara masa sekarang dan masa lampau, terasa nyaman dan berkesinambungan.

Narasi saat adegan kecelakaan membuatku bergidik ngeri. Aku bisa merasakan pagi yang dingin dan seolah-olah menyaksikan sendiri bagaimana kecelakaan itu terjadi. Saat radio mobil masih menyala, melantunkan sebuah lagu klasik kesukaan Mia, sementara mobil mereka sudah hancur dan tidak berbentuk lagi. Dengan diiringi lagu itu, roh Mia yang panik berusaha mencari anggota keluarganya.
Ada banyak istilah medis dalam novel ini. Bagus sekali untuk menambah pengetahuan. :)
Lima bintang untuk perjuangan Mia dan cinta Adam yang tulus. :’)

My Favorite Quote
Berikut beberapa quote favoritku, dari yang lucu sampai yang mengharukan.

Yang lucu…
Apakah aku hantu? Bisakah aku membawa diriku ke pantai Hawaii? Bisakah aku muncul di Carnegie Hall, New York? Bisakah aku mendatangi Teddy?
Hanya untuk percobaan, aku menggoyangkan hidung seperti Samantha di film seri Bewitched. Tidak ada yang terjadi. Aku menjentikkan jemari. Mengetukkan tumit. Aku masih di sini. Aku memutuskan mencoba manuver yang lebih sederhana. Aku melangkah ke dinding, membayangkan akan menembusnya dan keluar di sisi lain. Tapi ternyata begitu melangkah ke dinding, aku menabrak dinding. :D Hal 39.

“Ayahmu sudah muntah?” tanya Henry, duduk kembali di sofa. Aku tertawa, tapi kemudian aku melihat wajahnya yang serius.
“Dia muntah waktu kau lahir. Hampir tergeletak pingsan di lantai. Aku tidak bisa menyalahkannya. Tapi ayahmu benar-benar kacau, dokter-dokter ingin melemparkannya keluar… berkata mereka akan mengusirnya kalau kau tidak lahir juga dalam setengah jam. Itu membuat ibumu marah dan mendorongmu keluar lima menit kemudian.” Henry tersenyum, bersandar kembali ke sofa.
“Begitulah kisahnya. Tapi biar kuberitahu ini ya: ayahmu menangis seperti bayi sialan ketika kau lahir.” —Henry, hal 131

Yang mengharukan…
Darah. Ada dimana-mana. Sama sekali tidak menggetarkan para dokter. Mereka mengiris, menjahit, dan menyedot di tengah banyak darah, seperti mencuci piring menggunakan air sabun. Sementara itu, mereka terus menerus memompakan darah ke tubuhku. Hal 38

Aku berharap bisa tidur. Aku berharap ada sejenis obat bius untukku, atau setidaknya sesuatu yang membuat dunia menutup di sekelilingku. Aku ingin menjadi seperti tubuhku, diam dan tak bereaksi, pasrah di tangan seseorang. Aku tidak memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan. Hal 146

Aku sadar sekarang bahwa meninggal itu mudah sekali. Hiduplah yang sulit. Hal 146

“Tidak apa-apa,” katanya. “Kalau kau mau pergi. Semua orang ingin kau tinggal. Aku ingin kau tinggal lebih daripada apa pun yang kuinginkan di dunia ini.” Suaranya tercekat emosi. Dia berhenti, berdeham, menarik napas, dan melanjutkan. “Tapi itu kemauanku dan aku bisa mengerti mungkin itu bukan kemauanmu. Maka aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku mengerti jika kau pergi. Tidak apa-apa kalau kau harus meninggalkan kami. Tidak apa-apa jika kau ingin berhenti berjuang.”—Gramps (kakek Mia) Hal 151

Aku tidak tahu apakah setelah meninggal kau akan mengingat hal-hal yang terjadi padamu ketika masih hidup. Rasanya sangat logis jika kau tidak mengingatnya. Bahwa meninggal akan terasa seperti sebelum kau dilahirkan, yang artinya ketidakberadaan. Hal 180

“Ada sekitar dua puluh orang di ruang tunggu sekarang. Beberapa diantara mereka berhubungan darah denganmu. Beberapa lagi tidak. Tapi kami semua keluargamu. Kau masih punya keluarga.” bisiknya.—Kim, hal 183

Dan di dalam rumah sakit, ada jenis pagi yang berbeda, berisi gesekan suara selimut, mata-mata yang terbuka. Dalam banyak hal, rumah sakit tidak pernah tidur. Lampu terus menyala dan para perawat tetap berjaga, tapi meski di luar masih gelap, kau bisa tahu dunia terbangun. Hal 189

“Jika kau tinggal, aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan. Aku akan berhenti main band, pergi bersamamu ke New York. Tapi jika kau ingin aku menghilang, aku juga akan melakukan itu. Aku tadi bicara dengan Liz dan dia berkata mungkin kembali ke kehidupan lamamu akan menyakitkan, bahwa mungkin akan lebih mudah bagimu jika menghapus kami dari kehidupanmu. Dan itu akan sangat menyebalkan, tapi aku akan melakukannya. Aku sanggup kehilangan kau seperti itu asalkan aku tidak perlu kehilangan dirimu hari ini. Aku akan melepaskanmu. Jika kau tetap hidup.”—Adam, hal 192
(Huhuhu… that’s so sweet :’)

Sekarang aku sedang membaca seri keduanya, yaitu Where She Went (Setelah Dia Pergi). Berbeda dengan If I Stay yang menggunakan sudut pandang Mia, Where She Went menggunakan sudut pandang Adam. Seru! :D
Ditunggu aja review selanjutnya. :)
Selamat membaca!!! ^.^


p.s : trims buat Replika Angan-angan yang sudah berbaik hati meminjamkan novel ini untukku. :))



Regards,

=R=

Cara Mengembalikan Akun BBM yang Dibajak atau Dihack (Terkena Hack)

Beberapa hari yang lalu saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Akun BBM saya dibajak :( Pertama kali tahu dari teman saya yang ...