Sunday, March 25, 2012

Florescence -Symphony-, Kata yang Terangkai Indah...

Hehehe, pasti pada bingung sama judul posting-nya ya?? Hayooo ngaku ajaaa. Wkwkwk.
Florescence -Symphony- adalah nama user di Y!A yang dipakai oleh Kak Yanuar. Well, Kak Yanuar ini adalah user favoritku di room Taman—istilah room Persajakan di Y!A (selain di room JPS alias Jejak Pendapat dan Survei, Film, Musik, Buku dan Pengarang, aku juga lebih sering nongkrong di room Taman :p). Semua puisi hasil karya Kak Yanuar bagus-bagus. Membaca karya-karyanya selalu membuatku tersenyum senang, takjub, dan terkadang juga berhasil membuat kedua mataku berkaca-kaca. Kata-katanya yang terangkai indah membuatku bisa meresapi puisinya, dan ikut terbawa suasana di dalamnya. Buat yang pingin tahu profil lengkapnya Kak Yanuar, klik aja di sini. Berikut kutuliskan beberapa karya Kak Yanuar (setelah meminta izin untuk copas darinya:)) enjoy, guys! ^.^
(p.s: maaf ya, kalo gambarnya agak nggak nyambung. Susah banget nyari gambar yang pas sama puisinya. Harap maklum. :))




Lamunan Sebelum Fajar
-- 01

Ketika bulan sedang purnama
bapak selalu terbangun tengah malam,
mata coklatnya berhadapan dengan mata jendela,
Seolah bergumam

“Haruskah aku bekerja lagi
memotong kayu bakar
menyiangi ladang
dan berteduh di bawah pohonan rindang
sebab malam terlampau panjang
tuk dihabiskan di dalam kamar.”

Lalu, ketika kelepak samar kelelawar
mengelitik daunan kuning, dan burung kecil
mencari makan di balik reranting kering
bapak pun memandang jendela lama sekali


-- 02

Di depan mata jendela
desau angin meniup baling-baling
udara mengetuk begitu tajam
cahaya tak pernah memejamkan mata
derik jangkrik mengusik alangkah hening
malam hidup, meski desa tertidur pulas

Aku ingat
bila terjaga tengah malam
bapak pasti duduk berhadapan dengan mata jendela
matanya demikian awas
melihat Tuhan bekerja

(Rafael Yanuar-20 Maret 2012)

Puisi ini mengingatkanku pada ayahku yang tinggal dan bekerja di luar kota. Love you, Dad. :)







Mati Lampu

Aku suka memandang lilin milik pedagang kaki lima
ketika listrik tiba-tiba padam
malam menjadi sama seperti dulu
bintang-bintang bagai bercak darah
mengalir hangat dalam dada -
hanya ketika lampu mendadak padam
kota menyala remang-remang
orang-orang mencari terang di luar rumah

Seusai hujan udara lembab
langit tampak bening seolah habis dicuci
aku senang memandang bulan berlama-lama
sambil mengenang suasana di kampung halaman
aku sering tak sengaja -
memikirkan senyuman cinta pertama
masihkah semanis pertama jumpa?

Tak terasa aku melamun begitu lama
lampu kembali menyala, malam menjadi batu
di halaman depan hujan tiba-tiba turun
aku menangis sambil meratap waktu
- dalam mataku
ternyata telah lama aku tahu
hanya dalam keadaan tanpa cahaya
aku dapat melihat cahaya

(Rafael Yanuar-12 Maret 2012)

Aku suka sekali pada bagian penutupnya:
”… hanya dalam keadaan tanpa cahaya
aku dapat melihat cahaya” (Like it! :))




Berjalan di Hutan Pinus dan Aku Merindukanmu

Bahkan, ketika kabut mulai turun
dan pagi kian berembun
alam tak pernah habis singkap rahasia.
Selalu ada kejutan-kejutan baru di setiap perjumpaan
di mana aku tak habis-habisnya terkesima —
Saksikan kupu-kupu bermain di lembar udara
bersama lena semilir angin di pucuk dedaunan

Bahkan tanpa perlu kita tafsirkan
damai tercipta begitu sederhana
bagaimana doa meriap di hela angin lembah
manakala mataku terpejam, sembari bertanya
Perlukah alam menuliskan kata-kata
dalam puisinya?

Bukankah di setiap ketuk angin
ada isyarat terbaca
tentang rindu abadi, di sela kerpas rumputan
di mana bunga-bunga kecil bertangkai panjang, serupa pena
menuliskan dzikir pada semesta
sampai doa, bersiaga melayangi cakrawala

Maka biarkan aku berjalan beberapa langkah lagi
sekadar mengulang kenangan, pun
dalam tangis tersedan
bertukar isyarat
pada alam

Sebab aku percaya, kita selalu bisa
menanam bibit mungil waktu, di setiap perjumpaan.
Cukuplah rindu tumbuh sebagai kuntum
di mana cahaya, selalu ingin
menyapanya lebih dulu

(Rafael Yanuar-20 Februari 2012)




(Melamunkan) Senja

Aku selalu mengenal
senja di kotamu
meski musim sedang hujan,
seperti pula
kenangan di hati kita

Aku senang menengadah,
menangkap cahayanya
di mana kenangan biasa berguguran
lalu hinggap di telapak tangan kita

Aku bahagia
bilamana
engkau menjadi kenangan kecil
seperti juga hal-hal lainnya
dan kita, mengabadi dalam
rindu sederhana

Namun, Tuhan,
bagaimana aku bisa menemukan
segala yang kini disembunyikan waktu?

(Rafael Yanuar-8 Februari 2012)

Wahhh aku banget ni, hahay. :p



Malam dalam Secangkir Teh

Malam dalam secangkir teh,
kauseduh bersama rembulan
harum daunnya meriap di udara
menebar rasa tenteram di dalam dada
Sementara hujan turun di depan jendela
rintiknya meleleh dalam puisi
secarik rindu sengaja kita tuliskan

Malam dalam secangkir teh
berkelindan dalam rindu sederhana
kaubersihkan kenangan di ceruknya
membiarkanku menyesap murni teduhnya.
Sementara hujan masih membasahi tasik--
langit tetap berbarik mendung,
dan puisi
kukuh membuatkanmu cahaya

Malam dan secangkir teh
hanya menyisakan gelas di sudut lemari
di mana ceruknya menghitam digerus waktu
sementara pemiliknya
kini sudah tak lagi ada

(Rafael Yanuar- 31 Januari 2012)



Regards,

=R=

Saturday, March 24, 2012

10 Lagu Teromantis

Hatiku sempurna karena... ada kamu di dalamnya :')
Hai.. kali ini aku pengen posting lagu-lagu romantis yang sering kuputar di mp3 player dan tersimpan rapi di memory card ponselku (nggak nyambung ya?!). Buat para cowok, silakan pilih aja lagu-lagu di bawah ini, terus dinyanyiin deh buat belahan jiwanya masing-masing *ceileh*. Dijamin langsung klepek-klepek tuh. Untuk para jomblowan/jomblowati, tenang aja, lagu ini tetep enak didengerin kok. 

Well, ini khusus lagu-lagu barat ya (karena aku memang lebih suka lagu-lagu western), agak klasik, tapi ada yang lumayan baru juga. Kutuliskan juga lirik favoritku, meskipun tidak terlalu runtut :p Buat yang tertarik, bisa download di 4shared atau mp3skull (klik aja! Lalu, ketik judul lagunya). Atau kalo mau ke situs download favorit masing-masing juga oke. Ini dia guys, cekidot... ^.^ 

Christina Aguilera ft Jim Brickman - My Destiny 
Lirik lagu klik di sini 
Aku tau lagu ini dari novel 8, 9, 10,... Udah Belom? :) Lirik favoritku: 
"I wanted someone like you 
Someone that I could hold on to 
And give my love 'til the end of time 
But forever was just a word Something 
I'd only heard about 
And now your always there for me 
When you say forever I'll believe
Baby your my destiny 
You and I were meant to be 
With all my heart and soul 
I'll give my love to have and hold
And as far as I can see 
You were always meant to be My destiny

Daniel Bedingfield - If You're not The One 
Lirik lagu klik di sini 
Aku tau lagu ini dari novel Pelangi Cinta Kedua :) Ini lagu cocok dan pas banget untuk melamar seseorang, tengok aja tuh liriknya! ;) 
Lirik favoritku: 
I never know what the future brings 
But I know your here with me now 
We'll make it through, 
and I hope you are the one I share my life with
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am 
Is there anyway that I could stay in your arms
And I wish that you could be the one I die with 
And I pray that your the one I build my home with 
I hope I love you all my life 

Bruno Mars - Just The Way You Are 
Lirik lagu klik di sini 
Lirik favoritku: 
When I see your face 
There's not a thing that I would change 
'Cause you're amazing Just the way you are

David Cook - I Don't Wanna Miss A Thing (versi aslinya dari Aerosmith) 
Lirik lagu klik di sini 
Aku tau lagu ini dari novel Summer Breeze :) 
Lirik favoritku: 
Every moment spent with you 
Is a moment I treasure 
Don't wanna close my eyes 
Don't wanna fall asleep 
'Cause I'd miss you, baby 
And I don't wanna miss a thing 
'Cause even when I dream of you 
The sweetest dream would never do 
I'd still miss you, baby 
And I don't wanna miss a thing
Then I kiss your eyes 
and thank God we're together 
I just wanna stay with you 
In this moment forever, 
forever and ever 

Alexander - Sunshine After The Rain 
Lirik lagu klik di sini 
Taunya dari novel 8, 9, 10... Udah Belom? 
Lirik favoritku: 
You know that I always be there (awww.. that's so sweet :)) 
I'll be your sunshine after the rain 
When the sky is turning gray 
You know that I'm never far away 
Sunshine after the rain 
Together 'til the end 
I'll be your sunshine after the rain 
It's the one thing I won't change 

Lea Salonga ft Brad Kane - We Could Be in Love Lirik lagu klik di sini 
Lirik favoritku: 
Even the stars, shining up bright 
I've noticed when you're close to me 
Still it remains a mystery
And what about the laughter 
The happy ever after? 
Like voices of sweet angels 
Calling out our names
I know what these are symptoms of 
We could be in love... 

Christian Bautista - Please be Careful With My Heart 
Lirik lagu klik di sini 
Lirik favoritku: 
I will be true to you 
Just a promise from you will do 
From the very start 
Please be careful with my heart 
I love you and you know I do 
There'll be no one else for me
Trust my love is real for you 
I'll be gentle with your heart 
I'll caress it like the morning dew
I'll be right beside you forever 
I won't let our world fall apart 
From the very start
I'll be careful with your heart

Boys Like Girls - Two is Better Than One 
Lirik lagu klik di sini 
Lirik favoritku: 
I remember what you wore on the first day 
You came into my life and 
I thought 'Hey, you know, this could be something
Cause everything you do and words you say 
You know that it all takes my breath away
I remember every look upon your face
You make it hard for breathing
That maybe it's true 
That I can't live without you 
And maybe two is better than one 
There's so much time 
To figure out the rest of my life 
And you've already got me coming undone 
And I'm thinking two is better than one

Sandy - Be My Lady 
Lirik lagu klik di sini 
Lagu ini pas banget buat 'nembak' cewek. :) 
Lirik favoritku: 
Since I’ve known you babe 
You brought a light for me 
Know deep down inside 
You see what’s in me
Be my lady, be the one 
And good things will come to our heart 
You’re my lady, you’re my one 
Give me chance to show you love 

Christian Bautista – Beautiful Girl 
Lirik klik di sini 
Lirik favoritku: 
But something in your eyes left my heart beating so
It was destiny’s game 
For when love finally came on
You’ve made me love again 
after a long, long while In love again 
And I’m glad that it’s you

Yaps, itulah 10 lagu paling romantis, versiku tentu saja. Kalo ada yang mau nambahin, silakan titipkan di komentar. :) 

See ya. Regards, =R=

Sunday, March 18, 2012

Cerpen : Menelusur Rasa (Asa dalam Diam part 2)



Buat yang belum tahu bagian pertamanya, silakan baca dulu Asa dalam Diam #1

Dia masih hidup. Aku bisa melihatnya, menyentuhnya, dan mendengar napasnya yang teratur. Dia duduk disampingku, menekuri buku paket fisika—pelajaran yang kusukai. Dia tetap sama. Berbalut seragam putih abu-abu, dengan rambut lurus hitam yang tergerai indah. Aku mencoba memenangkan logikaku. Bagaimanapun, dia bukan dia yang kucintai. Dia orang yang berbeda, namun berparas sama. Dengan begitu, detak jantungku perlahan mulai berpacu normal kembali. Sesi perkenalan tadi masih terbayang jelas dalam ingatanku.

“Nama saya Cecilia Pratama Wijaya. Saya siswi pindahan dari Bandung.” Ia berkata lugas dengan sorot mata dingin dan tatapan lurus ke depan. Sedangkan teman-teman masih merasa takjub, sama sepertiku sebenarnya. Ia begitu serupa dengan Cecil.

“Bolehkah kita manggil lo Cecil?” celetuk Reno, cowok yang selama ini juga cukup dekat dengan Cecil. Mereka sama-sama suka menulis.

“Nggak. Gue bukan Cecil. Gue bukan adik gue. Kalian bisa manggil gue Lia.” ucapnya seraya menatap Reno tajam.

Semuanya langsung tersentak. Mungkin mereka baru benar-benar tersadar bahwa ia memang bukan Cecil (meski ia juga menyandang nama “Cecil”). Hanya parasnya yang sama persis dengan Cecil. Sedangkan sifatnya, sungguh bertolak belakang. Cecil orang yang ramah, ceria, dan supel. Sedangkan Lia pribadi yang dingin, agak pendiam, dan sepertinya juga jarang tersenyum. Tak lama, Bu Sita—Wali kelasku—mempersilakan Lia untuk duduk di sampingku setelah menyuruh Erwin—teman semejaku—untuk pindah duduk di belakang. Kata beliau, sebaiknya Lia duduk agak di depan (tempat dudukku terletak pada baris kedua dari depan) agar bisa cepat beradaptasi dengan pelajaran dan suasana kelas. Setelah ia duduk, aku menyapanya dan memperkenalkan diriku.

“Hai Lia, gue Kevin Daviano. Panggil aja Kevin.” ucapku sambil mengulurkan tangan kananku, bermaksud untuk menyalaminya.

“Hai.” balasnya seraya membalas uluran tanganku singkat.

Lia meletakkan tasnya, lalu mengeluarkan sebuah buku paket pelajaran fisika. Ia mulai menekuri buku itu, tidak memedulikanku sama sekali. Oh,
God.
***


“Lo laper nggak? Mau ikut gue ke kantin?” Kevin bertanya padaku saat jam istirahat tiba sambil memandangi wajahku dengan seksama.

Apakah dia dan semua orang di sekolah ini menganggap aku adalah Cecil? Ugh, aku benci semua orang yang selalu beranggapan seperti itu. Sebenarnya, aku tidak suka bersekolah di sini. Berada di sini membuatku seolah-olah menggantikan tempat Cecil. Aku tidak mau menggantikannya. Aku selalu ingin menjadi diriku sendiri. Namun permintaan Papa yang menyuruhku untuk menemani Mama di Jakarta tak bisa kutolak. Aku sangat menyayangi dan menghormati Papa. Aku tidak akan pernah menentang beliau. Hanya Papa yang bisa mengerti aku. Hanya Papa yang memandangku sebagai diriku sendiri, tanpa pernah membandingkan aku dengan Cecil. Jadi, di sinilah aku. Pindah ke Jakarta untuk menemani Mama, meninggalkan Papa sendirian di Bandung.

“Hei, kok malah ngelamun? Mau ikut nggak?” Kevin mencoba mengkonfirmasi ajakannya padaku.

Aku memandangnya sekilas, lalu berdiri dan berjalan menuju pintu. Kurasakan Kevin tidak bergerak, masih diam di tempat. Aku berhenti sejenak, menoleh ke belakang. “Ayo.” ucapku pelan, kemudian melangkahkan kakiku lagi.

Ketika pertama kali berkenalan dengannya tadi, aku langsung tersadar bahwa ia adalah Kevin yang selalu diceritakan Cecil padaku. Ya, Cecil memang selalu berkomunikasi denganku lewat e-mail. Dia menceritakan semua kejadian yang dialaminya padaku. Terkadang tentang Mama juga. Aku tahu bahwa Kevin itu sahabat karib saudara kembarku. Dan diam-diam Cecil mencintai Kevin.

Tak lama kami sudah berjalan di koridor sekolah, menuju kantin. Sepanjang perjalanan Kevin berceloteh tentang banyak hal. Entah apa yang dibicarakannya, perhatianku lebih tertuju pada bangunan dan halaman di sekolah ini. Hmm, ini sekolah yang cukup luas dan elit. Bangunannya megah, berlantai empat. Tamannya tertata rapi. Ada sebuah air mancur dengan kolam ikan di taman utama. Indah sekali. Tak heran rasanya jika Mama menyekolahkan Cecil di sini. Keluargaku memang cukup berada. Papa dan Mama sama-sama pengusaha sukses. Jadi, meskipun keduanya telah berpisah rumah (tetapi belum resmi bercerai) tidak ada pihak yang kekurangan materi. Namun sebenarnya aku tidak terlalu suka bergaul dengan orang kaya. Aku hanya merasa tidak nyaman. Saat aku tinggal bersama Papa di Bandung, aku meminta beliau agar menyekolahkanku di sekolah yang biasa saja. Aku senang Papa bersedia mengabulkan permintaanku itu. Jujur, aku lebih merasa nyaman tinggal di Bandung.

“Nah, kalau lantai empat itu tempat ruang ekstrakulikuler dan ruang loker untuk murid.” Kevin masih saja berceloteh ria.

Kami sudah sampai di kantin. Wow… ini kantin yang cukup besar dengan banyak jenis makanan yang serba lezat. Ukuran ruangan ini mungkin sama dengan ukuran ruang aula di sekolahku yang lama. Terdapat banyak meja bundar berukuran sedang yang tertata rapi dengan beberapa buah kursi yang mengelilinginya. Beberapa food court berjajar rapi di sekeliling ruangan itu.

“Lo mau pesen apa?” tanya Kevin.

“Nasi goreng sama orange juice.” jawabku cepat.

“Lo serius? Itu doang? Nggak mau yang lain? Steak, spaghetti, salad, milkshake, apa kek??!!”

Aku hanya mengedikkan bahu, dan mulai mencari tempat duduk. Aku hanya ingin makan nasi goreng siang ini. Biasanya, pagi-pagi sebelum berangkat sekolah, Papa selalu membuatkan sarapan untukku. Aku rindu dengan masakan Papa, terutama nasi goreng spesialnya yang superlezat. Semoga nasi goreng di kantin ini tak kalah enak dengan masakan Papa. Kudengar Kevin mengembuskan napas dengan berat, lalu mulai berjalan ke arah food court.
***

Lia makan dengan lahap. Spaghetti yang kupesan masih tersisa separuh. Namun aku enggan menyantapnya lagi. Kuraih vanilla late-ku dan mulai meminumnya perlahan. Tatapanku masih tertumbuk pada Lia. Sepertinya aku harus mulai terbiasa melihat wajah cantik itu tanpa menganggap dia adalah Cecil.

“Jangan ngeliatin gue terus. Berapa kali pun lo liatin gue, sampe bola mata lo keluar dari lubangnya, gue ini tetep Lia, bukan Cecil.” Lia berkata sambil meraih dan meminum orange juice-nya, dan menatap tajam padaku.

Ya ampun, judes amat sih ini cewek? Tapi kusadari juga bahwa aku memang bersalah. Mungkin dia merasa terganggu dengan kelakuanku itu.

Sorry. By the way, lo mau ikut ekskul apa? Ada banyak ekskul yang seru-seru lho di sekolah ini. Udah nentuin pilihan?”

“Udah, tadi gue udah disodorin angketnya sama Bu Sita.”

“Oh gitu, jadi… lo ikut apa?”

“Udah bel. Ayo balik ke kelas.” ucap Lia, kemudian berdiri, balik badan, dan langsung berjalan meninggalkan kantin. Ohh, aku harus belajar untuk bersabar mulai sekarang. Bagaimanapun, Lia kan teman semejaku, tidak mungkin jika aku harus bermusuhan dengannya selama setahun ke depan. Selain itu, Lia adalah kakak dari orang yang kusayangi. Aku akan menjaganya, demi Cecil.
***

Tok… tok… tok….

“Masuk.” sahut sebuah suara dari dalam ruangan.

“Maaf, Bapak memanggil saya?”

“Ya, Kevin. Silakan duduk.” balas Pak Herman, guru fisika sekaligus guru pembimbingku selama mengikuti olimpiade. Aku menarik sebuah kursi lalu duduk di hadapan beliau.

“Begini permasalahannya. Berhubung dalam olimpiade kemarin itu kamu berhasil meraih juara satu, maka otomatis kamu-lah yang akan mewakili provinsi Jawa Barat dalam olimpiade fisika tingkat nasional. Nah, saya baru saja menerima persyaratan yang baru dari pihak panitia pelaksana. Di dalamnya tertulis bahwa wakil dari setiap provinsi wajib memilih seorang rekan untuk mendampinginya dengan persetujuan dari guru pembimbing. Jadi, masing-masing provinsi mengajukan dua orang wakil.” jelas Pak Herman panjang lebar. Aku hanya mengangguk-angguk.

“Saya mengusulkan Lia sebagai rekanmu. Nilai fisikanya selalu bagus. Logika dan penalarannya juga cukup baik. Bagaimana? Kalau kamu setuju, kita bisa mulai mempersiapkan materinya minggu depan.”

Aku terperanjat mendengarnya. Aku harus bekerja sama dengan Lia?? Mana mungkin? Meski sudah beberapa bulan Lia sekolah di sini, namun sikapnya padaku tak pernah berubah. Tetap dingin. Tetap tidak peduli. Namun tak bisa kupungkiri juga bahwa ia memang sangat pintar. Tak heran jika Pak Herman memilihnya.

“Kevin? Bagaimana?” tanya beliau.

“Oh… eh… iya Pak. Saya setuju.” balasku agak tergagap.

“Bagus kalau begitu. Nah, berarti mulai besok, setelah pulang sekolah, kita belajar bersama di perpustakaan untuk menyiapkan materinya.”

“Baik, Pak.” sahutku pasrah.
***

Perkataan Pak Herman kemarin masih terngiang-ngiang jelas di telingaku. Beliau memintaku menjadi rekan Kevin dalam olimpiade fisika tingkat nasional. Aku merasa sedikit enggan, karena aku dan Kevin memang tidak terlalu akrab. Aku tahu, selama ini dia berusaha keras untuk menganggapku sebagai Lia. Sayang, usahanya tak sepenuhnya berhasil. Terkadang aku mendapati matanya sedang menatapku dalam, setengah melamun. Melamunkan siapa lagi? Cecil, tentu saja. Cintanya yang telah pergi ke dimensi lain. Ya, beberapa bulan mengenal Kevin, membuatku tahu kalau sebenarnya ia juga mencintai Cecil.

“Lia…” sapaan Kevin membuyarkan lamunanku. Aku menoleh singkat. Kevin telah duduk di bangkunya.

“Ehmm, lo udah tau soal olimpiade itu?” tanya Kevin pelan.

Aku mengangguk.

“Lo nggak keberatan kan, kalo harus berjuang sama gue?”

It’s ok.”

Thanks.”

No prob.”

Huh, sepertinya aku harus bisa sedikit melunakkan sikapku pada Kevin. Bagaimana mungkin kami bisa bekerja sama dengan baik kalau cara bicara kami saja kaku begini? Tapi aku benci sikapnya yang terkadang masih menganggapku sebagai Cecil, seolah-olah saudara kembarku itu masih hidup. Masih di sampingnya, selalu ada untuknya. Hmmfff, have a nice life, Lia!
***

“Pagi, Ma.” ucapku seraya menarik sebuah kursi di meja makan. Mama duduk di hadapanku, menyantap rotinya sambil sesekali mengetik sesuatu di laptopnya.

“Pagi.” balas Mama singkat tanpa memandangku.

Aku mengembuskan napas berat. Sejak kecil, aku selalu merasa Mama lebih sayang Cecil daripada aku. Aku tak pernah sekali pun mendapatkan perhatiannya. Tapi, Tuhan memang adil. Sebagai gantinya, aku mendapat perhatian penuh dari Papa. Tapi, tetap saja aku ingin merasakan perhatian dari seorang ibu. Bagaimana ya, rasanya dipeluk Mama? Pasti damai dan menenangkan. Betapa beruntungnya Cecil.

“Mama ada rapat penting pagi ini, jadi nggak bisa nganter. Mama pesenin taksi aja, ya?”

Perkataan Mama membuatku mengalihkan tatapanku dari roti di piringku, ke arah beliau. Aku mendesah kecewa. Kalau Cecil yang berada di posisiku sekarang, Mama pasti bela-belain terlambat menghadiri rapat demi mengantar Cecil ke sekolah. Belum sempat aku menjawab pertanyaan Mama, suara bel telah memotong keheningan di rumah ini. Kulihat Bi Minah berjalan tergopoh-gopoh ke arah pintu depan. Tak lama, sesosok tubuh telah muncul di ruang makan.

“Pagi Tante, Lia. Maaf Tan, saya mohon izin untuk mengantar Lia ke sekolah hari ini. Nanti, saya juga yang akan mengantarnya pulang. Hari ini, sepulang sekolah kami harus mengikuti jam tambahan untuk mempersiapkan materi olimpiade.” Kevin berkata.

“Oh begitu, tentu saja boleh. Kebetulan sekali, Tante ada rapat pagi ini, jadi nggak bisa nganter Lia. Baiklah kalau begitu, Tante duluan ya.” ucap Mama seraya mengemasi laptop dan tas kerjanya.

“Mama berangkat.” Mama berkata tanpa memandangku, lagi.

Kevin menatap kepergian Mama dengan alis terangkat. Mungkin merasa heran melihat interaksiku dengan Mama yang terbilang dingin. Tentunya Kevin sudah terbiasa melihat hubungan antara Mama dan Cecil yang sangat dekat.

“Kevin, ayo… berangkat sekarang aja.” ajakku sambil menarik tangan Kevin dan berjalan di depannya.

Aku dapat merasakan keterkejutannya. Yeah, kalau dihitung-hitung, memang baru kali ini aku mau menyebutkan namanya. Aku harus mulai bersikap baik pada Kevin jika ingin sukses dalam olimpiade itu. Jika aku berhasil, mungkin Mama bisa mengubah sedikit saja perlakuannya padaku. Ya, dengan cara inilah aku menarik perhatian Mama. Dengan menunjukkan prestasiku, sebaik yang aku bisa.
***

“Lo kenapa?” tanyaku heran saat melihat Lia turun dari boncengan motor dengan wajah yang memerah dan berbintik-bintik kecil. Sepertinya bukan hanya pada wajahnya, tapi lengannya juga begitu. Lia masih sibuk menggaruk-garuk wajah dan tangannya yang terselubung jaket.

“Gue… alergi dingin.” ucapnya pelan seraya menengok kiri-kanan, mungkin malu jika keadaannya diketahui teman-teman. Kami masih berada di pelataran parkir sekolah. Hari memang masih terbilang pagi, dan semalam turun hujan lebat. Jadi, udara pagi ini cukup menusuk tulang.

“Kenapa lo nggak bilang? Lo boleh kok meluk gue tadi kalo emang kedinginan. Daripada begini?”

Lia hanya meringis.

“Ya udah, gue anter ke UKS aja, ya? Lo nggak usah ikut pelajaran dulu. Nanti gue bilang ke guru.” kataku, lalu melepas jaketku untuk menutupi bagian kepalanya.

Lia hanya mengangguk.

Kemudian, kurengkuh bahunya dan kugiring dia ke ruang UKS. Untung sekolah belum terlalu ramai. Tapi tetap saja ada beberapa siswa yang sudah masuk dan memandangi kami dengan heran. Sampai di ruang UKS, aku mendudukkannya di sebuah tempat tidur berukuran sedang, kemudian berbalik hendak mencari minyak angin atau apalah sejenisnya. Seperti tahu apa yang sedang kupikirkan, tiba-tiba Lia menahan lenganku.

“Nggak usah. Gue punya obatnya kok.” Lia berkata sambil meraih tasnya, dan mulai mengaduk-aduk mencari obatnya. Tak lama, dia sudah memegang sebuah saleb. Kulihat ekspresinya yang bingung sambil menengok kiri-kanan-depan-belakang.

“Lo nyari apa?” tanyaku heran.

“Cermin.” jawabnya singkat.

Oh, iya juga. Dia tidak bisa mengoleskan obat itu di wajahnya tanpa cermin.

“Sini, gue pakein.” ucapku seraya mengambil saleb itu, lalu duduk di sampingnya.

Kuturunkan jaketku yang menutupi kepalanya, lalu kuraih dagunya dan memutar wajahnya perlahan agar menghadapku. Kubuka tutup kemasan saleb itu, kukeluarkan isinya sedikit demi sedikit dan mulai mengoleskannya pada wajah Lia. Dengan jarak sedekat ini, kusadari kalau bola mata Lia berwarna hitam pekat dan terlihat kelam, berbeda dengan bola mata Cecil yang berwarna cokelat dan selalu berbinar ceria. Kami berpandangan cukup lama dan dalam. Entah kenapa, tatapanku tak bisa kualihkan. Tanpa dikomando, jantungku mulai berdebar kencang.

Thanks, Kevin. Sini, gue bisa pake sendiri buat yang di tangan.” Lia memecahkan suasana magis yang tiba-tiba saja menyelimuti ruangan ini. Kemudian ia meraih saleb itu dari tanganku.

Your welcome. Ya udah, gue balik ke kelas dulu.” ucapku agak grogi.

Lia mengangguk.

By the way, muka lo lucu juga kalo begitu. Kayak badut Ancol mau pentas. Hahaha….” kataku sambil memandangnya geli.

“Sialan lo.” balasnya.

Tapi tak urung ia tersenyum juga, membuat hatiku membuncah senang. Lia semakin cantik jika tersenyum (walaupun saleb itu membuatnya terlihat seperti badut). Dan lihatlah, ada sepasang lesung pipi saat ia mengembangkan senyumnya. Sangat manis. Tanpa bisa kutahan, hatiku menghangat.
***

Hari sudah petang, dengan mendung yang sangat kelam di langit. Sekolah sudah sepi. Hanya ada aku dan Kevin. Kami baru saja selesai mengikuti pelajaran tambahan dari Pak Herman. Sedangkan Pak Herman sendiri sudah pulang, dengan menaiki motor milik Kevin. Mobil beliau mogok. Tadinya, Pak Herman ingin memesan taksi, namun Kevin memaksanya untuk menggunakan motornya saja. Kevin tahu, rumah Pak Herman cukup Jauh dan beliau suka mabuk kendaraan kalau naik mobil jenis sedan (kebanyakan taksi kan berbentuk sedan). Kalau mencari bus pun pada jam segini sudah sangat sulit. Akhirnya, Kevin berhasil memaksa Pak Herman menggunakan motornya, sedangkan mobil Pak Herman sudah di bawa mobil derek dari sebuah bengkel. Sedangkan aku dan Kevin akan pulang naik taksi.

Kami berjalan di sepanjang koridor, menuju ke toilet. Aku ingin buang air kecil. Kevin berdiri di luar toilet selama aku memenuhi panggilan alamku itu. Setelah mencuci kedua tanganku dan membasuh wajahku di wastafel, aku beranjak ke luar.

“Ayo, kita pulang.” ucapku.

“Yuk.” balas Kevin, kemudian meraih tanganku, dan menggenggamnya erat. Hatiku mendadak terasa hangat. Diam-diam, aku tersenyum senang.

Kami sudah sampai di ujung koridor utama, akan berjalan menuju gerbang. Namun, tiba-tiba langkah Kevin terhenti. Kuikuti arah tatapannya. OMG!!! Kulihat di depan sana, gerbang utama telah tertutup rapat. Artinya, kami tidak akan bisa keluar dari sini. Sebab, gerbang itu hanya bisa dibuka dengan keycard yang dipegang oleh Pak Satpam atau Kepala Sekolah. Mau lompat pagar pun tak bisa, karena pagar sekolah ini adalah tembok setinggi lima sampai enam meter. Aku dan Kevil saling pandang. Oh, great. Selamat berkemah ria!!!
***

Pak Satpam pasti sudah pulang. Saat ia sedang memeriksa keadaan sekolah tadi, kami pasti sedang ada di toilet yang memang letaknya agak di belakang, sehingga luput dari perhatiannya. Mungkin ia merasa yakin sudah tidak ada orang di sekolah karena pelataran parkir juga sudah sepi. Tak ada satu buah kendaraan pun di sana.

Akhirnya, aku menyuruh Lia duduk di dekat koridor. Sedangkan aku berjalan ke halaman depan, berusaha mencari sinyal untuk ponselku agar bisa meminta bantuan. Tapi, baru beberapa langkah, tiba-tiba hujan sudah turun dengan lebat disertai guntur pula. Aku berlari terbirit-birit menuju koridor untuk berteduh. Kutolehkan kepalaku mencari Lia, tapi ia tidak kutemukan di mana pun.

“Lia? Lo di mana???!! Liaaaa???!!!” teriakku kalut.

Aku mulai panik. Kujelajahi semua ruangan yang ada di sekolah. Beruntung, tak perlu waktu yang lama sampai aku berhasil menemukan Lia. Dia ada di ruang kelas kami, duduk meringkuk di pojok belakang kelas. Kedua lengannya memeluk lutut, bahunya bergerak naik-turun. Kudengar suara sesenggukan darinya. Lia menangis. Aku mulai berjalan perlahan-lahan mendekatinya, ingin mencoba menenangkannya. Yeah, sepertinya aku memang akan terjebak semalaman di sekolah ini bersama Lia.


To be continued....



Regards,
=R=

Saturday, March 3, 2012

MatemaTRESNO (MatemaCinta)

Cover depan VCD (Dari kiri) Tommy-Rin-Rio
Aku lagi semangat bikin posting-an nih, tapi bingung mau nulis apa. Jadilah aku meng-up load beberapa foto sewaktu dapet tugas bikin drama bahasa Jawa yang harus dibuat bentuk filmnya juga. Foto-foto yang aku unggah di sini diambil waktu bikin cover, take adegan, dan beberapa behind the scene. Judul dramanya MatemaTRESNO (tresno artinya cinta), yang merupakan plesetan dari novel MatemaCinta karya Razy Bintang Argian. Kelompokku terinspirasi dari sana. Tapi, ceritanya sedikit berbeda, kok. Meskipun nama dari beberapa tokohnya memang diadaptasi dari novel tersebut. Maaf ya Kak Razy, pinjem nama tokohnya bentar. Oh iya, karena ini drama bahasa Jawa, tentu saja percakapannya juga menggunakan bahasa Jawa. Ini versi singkat ceritanya : Rin adalah seorang cewek manis yang cuek abis, selalu terlambat datang ke sekolah, dan selalu mendapat nilai jelek pada mata pelajaran matematika. Rin ini naksir berat sama Tommy, temen sekelasnya yang ganteng (plis deh ah, yang meranin Tommy biasa aja tuh! Hehehe. Dani jangan marah ya, cuma bercanda kok) dan jago basket. Si Tommy sebenernya juga naksir sama Rin, tapi nggak pernah berani ngomong. Sampai suatu hari, muncullah seorang guru matematika baru, bernama Rio yang masih muda (Rio ini masih kuliah, dia ngambil part time jadi guru SMA, kuliahnya antara sore sampai malam) smart, ganteng plus keren (meskipun yang memerankan tokoh Rio tidak terlalu ganteng, hahaha... peace ya, Adit!! :D) yang bertugas menggantikan Bu Yati (guru matematika yang lama) karena beliau sedang cuti melahirkan. Masalah mulai muncul ketika Rio mulai naksir sama Rin. Tommy yang menyadari hal ini merasa cemburu dan mulai melakukan pendekatan pada Rin. Tommy selalu muncul sebagai 'hero' bagi Rin saat cewek itu sedang dimarahi Rio, karena nilainya yang selalu jelek pada mapel matematika. Sedangkan Rin yang nggak pernah 'ngeh' sama perhatian Rio justru judes banget plus selalu berantem sama cowok itu, dan lebih peduli sama Tommy, tapi Rio tetep maju terus pantang mundur. Rio juga meminta bantuan pada sahabat Rin, yaitu Ella dan Ovi agar bisa memenangkan hati cewek itu. Ella dan Ovi nggak setuju kalo Rin jadian sama Tommy, karena menurut mereka Tommy itu playboy. Di sisi lain, ada seorang guru muda yaitu Bu Tita yang naksir sama Rio. Tapi, tentu saja Rio lebih peduli pada Rin. Parahnya, ternyata Rio ini tetanggaan sama Rin, dan ibunya Rin merasa kagum pada Rio yang ganteng, sopan, dan pintar. Ibunya Rin selalu menggoda anaknya tentang Rio. Sampai suatu hari, Tommy yang sudah 'panas' melihat usaha Rio mendekati Rin, akhirnya menantang Rio untuk duel basket. Yang tidak diduga oleh Tommy adalah, si Rio ini juga jago banget main basket. Nah, bagaimanakah akhir kisah ini? Yang pasti happy-end donk, hehehe. :) :) :) Ini dia foto-foto saat pengambilan adegan, pembuatan cover, dan behind the scene-nya, enjoy guys!!! :D
Rio dan Ovi Di halaman samping sekolah, di depan aula, habis take adegan. (Dari kiri) Tommy-Rin-Rio Cover belakang VCD Kostum basketnya Tommy kedodoran tuh, hahaha :D Hasil minjem temen sih, (=.=!!) Masih formasi yang sama Di lapangan basket sekolah Ouwww, kacian si Tommy... :'( Aha! Tommy-Rin :D Hei!!! Tommy cuma ngeliatin aja nih. Ngomong donk!! :p Waduh, my bad. Nggak sengaja dobel nih. Maaph2. Ini nggak serius. Tommy ketawa sih. Btw, yang dibelakang itu siapa ya?? Pada ngapain tuh? *mencurigakan.com* Rio-Tommy OH NO!!! Tommy mau melahirkan!!!! Cepat bawa ke UGD!!! Hahahaha... :D (Dari kiri) Tommy-Rio-Ovi Weits, pada ngeliatin apaan sichh??!!! (Dari kiri) Ella-Rin Makan-makan di SS kehujanan habis syuting, capek, tapi seru!! :) Bu Tita (Replika angan-angan) dan Ella Rio-Tommy di halaman depan sekolah (behind the scene) Ini bercandaan lho, nggak beneran kok!!! Jangan mikir macem2 yach!! :p (Dari kiri) Ella-Ovi-Rio Pengambilan adegan di kelas tercinta Duh sori. Nggak sengaja dobel lagi nih. :p (Dari kanan) Rin-ibu Rin (pake jaket)-Bu Tita (masih pake seragam skul)-Ovi di halaman depan sekolah deket patung gajah yang menjadi maskot sekolah (Dari kanan) Ella-ibu Rin-Bu Tita-Ovi Ini di kantor Bupati, deket taman yang ada air mancurnya Kenapa di kantor Bupati? Karena di sana tamannya banyak dan lumayan bagus. :) Rin-Rio Rio nunduk, ekspresinya seperti sedih atau kecewa. Padahal, dia itu frustasi berusaha mengingat dialognya, hahaha :D Kantor Bupati (Dari kanan) Ella-Bu Tita (Replika angan-angan)-Ibu Rin Hei, jangan melangkahi tanaman seperti itu!!! >.<" Kantor Bupati it's me. Hahaha... sok banget ya, gayanya. Wkwkwk :p Ini Ella, kamerawati yang merangkap jadi tukang make-up. Dia nggak mau kalah narsis sama aku. :D Rio (sok banget ya? Narsis abis.) Dia jadi 'kambing percobaannya' Ella Lihat aja rambutnya itu. Hahahaha... :D (Dari kiri) Bu Tita (Replika angan-angan) dan Ella. Tetap bergaya. =.=" Pada ngumpul di depan aula sekolah sebelum berangkat ke Balai Kota Surakarta Mau foto-foto buat cover VCD :) (Dari kiri) Ibu Rin- Bu Tita Hehehe, Bu Tita ngapain tuh?? Wkwkwk, :p Woii, bagi cokelatnya doonnkk!!! Bagi-bagi cokelat, yummyy!!! :D Lama amat? Bisa buka bungkusnya nggak sih??!!! (Dari kiri) Rio-Tommy Di Gedung Balai Kota Surakarta Niatnya sih bikin ekspresi tegang seperti saingan Jadinya? Malah cengengesan tuh. =.=" (Dari kiri) Rio-Ovi-Ella Rio pe-de banget tuh!!! Masih di Gedung Balai Kota Surakarta (Dari kanan) Ovi-Tommy-Ella-Rio Silahkan jika ingin muntah melihat kenarsisan mereka. :p (Dari kiri) Ibu Rin-Rin-Bu Tita-Ella-Ovi Gedung Balai Kota Surakarta (Dari kanan) Ovi-Ella-Bu Tita-Rin-Ibu Rin Gedung Balai Kota Surakarta (Dari kiri) Rio-Tommy(ngapain tuh??)-Ovi-Ibu Rin-Rin Gedung Balai Kota Surakarta (Yang duduk dari atas ke bawah) Rio-Rin-Tommy (Yang berdiri dari atas ke bawah) Ovi-Ella-Bu Tita-Ibu Rin Gedung Balai Kota Surakarta Masih formasi yang sama Gedung balai Kota Surakarta (Yang tengah dari kanan) Tommy-Rin-Rio (Sisi kanan) Bu Tita-Ibu Rin (Sisi kiri) Ovi-Ella Pengennya dibuat seperti adegan di film Titanic. Rin-Rio berdiri di ujung pagar besi itu, seperti Jack dan Rose yang berdiri di pagar ujung depan kapal Titanic Tapi ternyata pagarnya licin, nggak jadi deh. :( (Yang di depan dari sisi kiri) Rio-Rin-Tommy(kenapa merem gitu??!!) (Yang di belakang dari sisi kiri) Ibu Rin-Ella-Ovi-Bu Tita Gedung Balai Kota Surakarta Formasi sama Gedung Balai Kota Surakarta (Yang depan dari kanan) Bu Tita-Rin-Si Mas penjaga Balai Kota-Ovi-Ibu Rin (Yang belakang dari kanan) Ella-Tommy Selama kita ngambil foto formasi lengkap, Si Mas itulah yang jadi kamerawan dadakan. Hehehe :) Thanks a lot ya, Mas!! (dulu lupa nanya namanya) (Dari kanan) Rio-Si Mas penjaga Balai Kota-Tommy Gedung Balai Kota Surakarta
Regards, =R=

Cara Mengembalikan Akun BBM yang Dibajak atau Dihack (Terkena Hack)

Beberapa hari yang lalu saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Akun BBM saya dibajak :( Pertama kali tahu dari teman saya yang ...