Saturday, October 22, 2011

They Say, First Love Never Dies. For Me, it's ....

This picture was taken from here.

"Ya Tuhan, terima kasih telah mempertemukan aku dengan dia lagi."

Kalimat itulah yang kuucapkan dalam hati ketika aku bisa bertemu lagi denganmu siang itu. Ketika kulihat tubuh tegap dan tinggi milikmu yang terselubung jaket hitam dari kejauhan, aku seperti akan jatuh pingsan saja (hahaha, keterlaluan kah?). Kau tidak pernah tahu kalau setiap pulang sekolah, aku selalu mengambil rute pulang yang melewati rumahmu. Hah, aku jadi merasa kasihan pada diriku sendiri yang kini kusadari telah menjadi
stalker. Poor me. :'(

Awalnya aku tidak yakin bahwa yang kulihat itu adalah kamu. Aku sempat berpikir bahwa aku mungkin mulai menjadi gila dan membayangkan wajah setiap orang yang kutemui itu adalah wajah manis milikmu yang tak pernah bosan kupandang. Namun, keraguanku menghilang tanpa bekas ketika aku mulai memelankan laju motorku--agar aku mengimbangi kecepatanmu yang sedang berjalan kaki--dan menoleh singkat kepada wajah yang sangat kukenali sebagai wajahmu. Sungguh, rasanya aku ingin melompat-lompat kegirangan karena bisa melihatmu lagi. Tapi tentu saja hal itu tak bisa kulakukan karena aku sedang mengendarai motor. Seperti ada berjuta-juta kunang-kunang yang memenuhi kepalaku saat kau menatapku balik. Dan aku bersumpah, ada sesuatu yang bergejolak di dalam perutku. (jangan mikir yang
jorse ya!!)

Ohh, aku baru menyadari bahwa ternyata aku merindukanmu lebih dari yang selama ini kupikirkan. Kerutan nampak di dahimu ketika menatapku yang hanya mampu mengucapkan, "Hai, Y*bip--sensor*" seraya berusaha menampakkan senyuman terbaikku padamu. Sebelum kau merespon sapaanku, aku sudah tancap gas karena takut aku akan benar-benar pingsan jika terlalu lama ada di dekatmu. Sekujur tubuhku sudah panas-dingin dan berkeringat, pula. Ketika jarak yang memisahkan kita sudah cukup jauh, dan aku sudah berbelok ke gang berikutnya, aku mulai menyadari ketololanku. Mungkin aku adalah perempuan paling bodoh sedunia (kalau menyangkut urusan yang satu ini, kurasa) karena telah 'kabur' dari hadapannya. Kapan lagi aku bisa bertemu dengannya????? STUPID!! STUPID!! SUPER DOUBLE TRIPLE STUPIDDDD!!! omelku dalam hati. Tapi, jika aku lanjut mengobrol denganmu pun tidak akan ada gunanya, karena aku tahu kamu telah memiliki dan dimiliki oleh 'seseorang yang berharga bagimu'. Bagaimana pun, aku tidak mau mengusik seseorang yang telah mempunyai kekasih. Kau tahu? Hanya dengan melihatmu saja, aku sudah cukup bahagia.


Tatapan matamu yang selalu teduh, rambut kriwilmu yang lucu, tubuhmu yang tinggi dan tegap,serta senyumanmu yang selalu menenangkan. Aku tahu, beberapa hal tentang dirimu itu akan selalu tercatat rapi dalam Hippocampus-ku. Pertemuan denganmu siang itu membawa pikiranku berkelana ke masa-masa saat kita masih satu sekolah. Masih sekelas. Dua tahun bersamamu kurasa berlalu begitu cepat. Aku ingat betul perkataan salah seorang teman sekelas kita si L--yang duduk di depan mu, "Hei, Rahma, Y*bip--sensor* suka sama kamu, loh!! Hehehe..." Aku hanya bisa bengong dan menganggap bahwa L hanya bercanda. Yang dapat kulakukan selanjutnya hanya tersenyum padamu dan L seraya berkata, "Ehh?? Masa sih?? Bisa aja deh." Kulihat L sudah bersiap-siap akan mengatakan sesuatu ketika kau--dengan muka yang mulai memerah--mulai menarik-narik bajunya dan menyuruhnya untuk diam. L akhirnya diam juga setelah kau pelototi seperti itu, namun aku melihat L masih berusaha menahan tawanya sekuat tenaga. Ketika melihat ekspresi wajahmu yang menjadi supergugup saat memandangku, aku mulai berpikir apakah mungkin yang baru saja dikatakan L padaku itu benar? Sambil membawa segudang pertanyaan di dalam benakku, aku mulai memerintahkan kedua kakiku untuk berjalan kembali menuju ke kursiku. Baru beberapa langkah, kau sudah memanggilku lagi, "Rahma...??" Suaramu sarat akan keraguan dan ketidakpastian. "Kenapa?" balasku singkat. Kau terlihat bingung sesaat sebelum berkata, "Ehh, enggak jadi deh." Aku hanya bisa mengangkat kedua bahuku, dan mulai berjalan kembali. Dan sampai sekarang aku tak pernah tahu bagaimana perasaanmu yang sebenarnya padaku. Sahabatkah? Seseorang yang kau anggap spesial kah? Atau memang hanya teman biasa kah? Hmmfff, ego ku sebagai seorang wanita membuatku tak pernah menanyakan hal itu padamu. Kenyataan bahwa kau adalah sepupu dari sahabatku sejak SD, tidak membantu apa pun dalam perkembangan hubungan kita, karena aku memang tidak berani mengaku padanya tentang perasaanku padamu. Aku tidak menyesal belum pernah menjadi orang yang spesial bagimu, dan aku merasa cukup senang pernah mengenalmu.

However, thanks Y, sudah memberiku banyak kenangan tentangmu. Thanks juga kamu telah bersedia memberikan 'warna' yang lain di kehidupanku. Perlu kau ketahui, setelah pertemuanku denganmu--yang cukup singkat-- siang itu, aku memutuskan untuk berhenti melintasi jalan depan rumahmu lagi. Aku nggak mau terus-menerus menyiksa diriku selamanya. Aku ingin merasa lebih tenang dan memiliki kehidupan yang lebih baik. Aku harus GO AHEAD. Akan selalu ada Pelangi Cinta Kedua, Pelangi Cinta Ketiga, dan seterusnya, kan? Aku mulai mencoba berpikir optimis dan rasional.
Aku percaya, kalau kita ditakdirin bareng, kita pasti bakalan bareng. Meanwhile, rasa ini cuma bisa aku simpen di dalam hati. (
Ups! Minjem quote-nya KKK 2011, bentar doang. :D)
Terakhir, semoga kamu selalu bahagia bersama 'dia'....
They say, first love never dies. For me, it's definitely TRUE.
Goodbye, my first love, and thank you for everything.... :) :) :)

Tautan

Regards,


=R=

Cara Mengembalikan Akun BBM yang Dibajak atau Dihack (Terkena Hack)

Beberapa hari yang lalu saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Akun BBM saya dibajak :( Pertama kali tahu dari teman saya yang ...